Nama Salman Al Farisi tak asing lagi dalam deretan para pejuang dan pembela agama Allah. Ketakwaannya pun disegani di antara kaum muslimin. Keimananya yang begitu mendalam bahwa hanya Allah yang Maha Besar, sementara yang lain begitu kecil di hadapannya. Demikian juga sikapnya menghadapi masalah-masalah yang bersifat keduniaan, termasuk urusan cinta.
Dikisahkan, Salman Al Farisi hendak melamar seorang gadis. Sebagai manusia biasa yang memiliki fitrah cinta, ia jatuh hati pada seorang muslimah shalihah asli penduduk kota Madinah. Maksud suci ini kemudian ia sampaikan kepada Abu Darda’, seorang saudara yang dipertemukan atas nama aqidah.
Abu Darda’ bahagia menyambut keinginan Salman. Ia bergegas mengantarkan saudaranya ini untuk menemui wali dari sang gadis.
“Perkenalkan Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman yang berasal dari Parsi. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, bahkan ia diberi kehormatan sebagai ahlul bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda,” ucap Abu Darda’ menyampaikan maksud dan tujuan.
Lamaran itu bersambut, “Kami merasa mendapatkan kehormatan menerima tamu dua sahabat Rasulullah yang mulia. Menjadi kehormatan pula bagi keluarga kami jika dapat memiliki seorang menantu dari salah satu sahabat Rasul yang agung. Akan tetapi, kami serahkan sepenuhnya jawaban dari lamaran ini pada putri kami.”
Setelah berdiskus, Ibu dari sang putri pilihan Salman itu mewakili untuk menjawab. “Mohon maaf sebelumnya jika apa yang kami sampaikan kurang berkenan. Dengan tetap mengharap ridha Allah, putri kami menolak lamaran Salman,” jawab sang Ibu.
Belum lagi Salman merespon jawaban itu, Sang Ibu melanjutkan perkataannya. “Akan tetapi, jika Abu Darda’ mempunyai niat yang sama untuk melamar putri kami, maka kami akan menerimanya,” katanya sang ibu.
Wajar bila Salman kecewa. Kekecewaan yang berlipat. Karena tak hanya niat mempersunting sang putri ditolak, namun kenyataannya justru saudara yang diajak membantu melamar malah yang dikehendaki untuk menikahi sang putri. Kebesaran hati Salman sedang diuji.
”Allahu Akbar!” ujar Salman mencuba meluapkan isi hatinya.
”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian,” lanjutnya tanpa ragu.
Menakjubkan. Kekecewaan Salman berujung keikhlasan tiada tara. Salman Al Farisi dengan ketakwaannya yang memuncak memberikan pelajaran tentang sebentuk kesedaran. Kesedaran bahwa cinta yang diinginkan tak selalu bisa dimiliki. Kesedaran tentang bagaimana semestinya menyingkapi rasa cinta yang Allah hendaki untuk kita.
Salman telah mengajarkan, sebagai pejuang, kita harus menjadi majikan cinta, bukan budaknya. Kita harus mampu mengendalikan nafsu dan perasaan, bukan dikendalikannya. Sungguh indah bila mana cinta dan nafsu itu ditunggang dengan keimanan yang tiada taranya kepada Allah dan Rasulnya.
Dan semoga kita bisa, mendapatkan yang terbaik, dipilih Allah untuk menjadi teman di dunia untuk berjuang dalam agamanya dan akhirat menjadi ketua bidadari bagi seorang lelaki penghuni syurga.
Selengkapnya...
Sabtu, 31 Juli 2010
Cerita Cinta Sang Pejuang
Jumat, 30 Juli 2010
BUKTI NABI MUSA AS... PERNAH MEMBELAH BUMI DENGAN IZIN ALLAH
Masih ingatkah teman-teman dengan kisah mukjizat Nabi Musa yang membelah laut merah dengan tongkatnya? Jika salah satu diantara teman-teman yang menganggap kisah tersebut hanya merupakan dongeng belaka, sekarang mari kita simak tulisan yang saya uraikan dibawah ini...
Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno didasar laut merah. Menurutnya, mungkin ini merupakan bangkai kereta tempur Pharaoh yang tenggelam dilautan tsb saat digunakan untuk mengejar Musa bersama para pengikutnya.
Menurut pengakuannya, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda ditempat yang sama.
Temuan ini tentunya semakin memperkuat dugaan bahwa sisa2 tulang belulang itu merupakan bagian dari kerangka para bala tentara Pharaoh yang tenggelam di laut Merah. Apalagi dari hasil pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan,memang benar adanya bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam, dimana menurut sejarah,kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu yang sama.
Selain itu, ada suatu benda menarik yang juga berhasil ditemukan, yaitu poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya telah tertutup oleh batu karang, sehingga untuk saat ini bentuk aslinya sangat sulit untuk dilihat secara jelas. Mungkin Allah sengaja melindungi benda ini untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi2-Nya merupakan suatu hal yang nyata dan bukan merupakan cerita karangan belaka. Diantara beberapa bangkai kereta tadi, ditemukan pula sebuah roda dengan 4 buah jeruji yang terbuat dari emas. Sepertinya, inilah sisa dari roda kereta kuda yang ditunggangi oleh Pharaoh sang raja.
Sekarang mari kita perhatikan gambar diatas, Pada bagian peta yang dilingkari (lingkaran merah), menurut para ahli kira-kira disitulah lokasi dimana Nabi Musa bersama para kaumnya menyebrangi laut Merah. Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuweiba. Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800 meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab. Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan (garis merah) kedalamannya mencapai 1500 meter. Kemiringan laut dari Nuweiba ke arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk Nuweiba ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat
Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.Lebar lintasan Laut Merah yang terbelah diperkirakan 900 meter. Dapatkah kita membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk dapat membelah air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada kedalaman perairan yang rata2 mencapai ratusan meter untuk waktu yang cukup lama, mengingat pengikut Nabi Musa yang menurut sejarah berjumlah ribuan? (menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km, dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam).
Menurut sebuah perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima Jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter. Jika kita kaitkan dengan kecepatan angin,menurut beberapa perhitungan, setidaknya diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam!!! sungguh luar biasa, Allah Maha Besar.
Selengkapnya...
MUKZIZAT SEORANG ISTRI
Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.
Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya.
Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.
Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.
Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.
Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya.
Oh…segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban.”
Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.
Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.
Sang suami menuturkan, “Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku.”
Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.
Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.
Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.
Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.
Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata biasa”.
Selengkapnya...
Subhaanallah... Dan Rasulullah Pun, Tertawa
Sumber : Dakwatuna
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa ada seorang lelaki datang menghadap Rasulullah saw. Orang itu punya masalah besar. Ia berkata, “Ya Rasulullah, aku telah binasa.”
Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang terjadi?”
Orang itu menjawab, “Saya mendatangi isteri saya di pagi hari bulan Ramadhan dan saya berpuasa.”
Benar. Ini masalah besar. Orang ini telah melakukan dosa yang sangat besar. Ia bersetubuh dengan isteri secara sengaja sewaktu berpuasa di bulan Ramadhan. Namun orang ini sungguh hebat. Ia berani mengakui kesalahannya itu di hadapan Rasulullah saw.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw. kepada orang itu?
Rasulullah saw. tidak bermuka masam. Marah? Tidak. Beliau tidak memarahinya. Lelaki itu datang dengan rasa penyesalan dan ingin bertobat. Ia tidak datang dengan sikap membangkang. Ia datang berharap mendapat penyelesaian atas masalahnya.
Maka Rasulullah saw. bertanya, “Apakah kamu punya budak yang bisa dimerdekakan sebagai kafarat atas apa yang telah kamu lakukan?”
Orang itu menjawab, “Tidak.”
Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?”
Lelaki yang tak mampu menahan nafsunya itu menjawab, “Tidak.”
Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah engkau mampu memberi makan 60 orang fakir miskin?”
Lelaki itu sekali lagi menjawab, “Tidak.”
Tiba-tiba terjadi kebuntuan. Lelaki itu tidak punya apapun yang bisa digunakan untuk membayar kafarat atas perbuatan dosanya itu. Ia terduduk. Pasrah atas keputusan yang akan ditetapkan Rasulullah saw. atasnya.
Tak lama kemudian, datang seseorang membawa sebakul kurma. Orang ini memberi kurma itu kepada Rasulullah saw.
Rasulullah saw. memanggil si lelaki yang melanggar aturan Allah swt. Kepada orang-orang yang berpuasa. Kepadanya Rasulullah saw. menyerahkan kurma itu. “Ambillah ini. Sedekahkan!”
Orang itu malah bertanya, “Ya Rasulullah saw., apakah saya harus bersedekah kepada orang yang lebih miskin daripada saya? Demi Allah, tidak ada orang yang lebih miskin dari saya di Madinah ini.”
Mendengar itu Rasulullah saw. ketawa. Setelah itu Rasulullah saw. bersabda, “Kalau begitu, berikan kurma itu untuk makan keluargamu!”
Sungguh, betapa lebar senyum lelaki itu. Kafarat dosanya tertebus, keluarganya mendapat makanan. Subhanallah! Begitu mulianya sifat Nabi kita, bagaimana dengan kita sebagai pengikutnya? ^_^
Selengkapnya...
Renungkanlah wahai sahabat ku !!!
Bila sesosok jasad di depanmu itu adalah kalian…
Mungkin pagi kemarin kalian masih berjalan2 dengan teman2 kalian…
Mungkin siang kemarin kalian masih sempat mendengar sayup-sayup tausiah…
...
Atau mungkin sempat sejenak tidur bersantai menikmati hari…
Mungkin sore tadi kalian masih tertawa dan bercanda bersama teman2 kalian…
Tapi kini, inilah kalian, terbujur kaku…
Wajah cakap kalian tak bisa tersenyum lagi…
Tangan kuat kalian tak bisa diangkat lagi…
Pikiran cerdas kalian tak bisa berputar lagi…
Kaki lincah kalian tak bisa bergerak lagi…
Di kanan kirimu, mungkin ada ayah ibumu… atau ada saudara2mu… atau ada sahabat2mu…
Yang menangisi kepergianmu, tapi mereka tak bisa berbuat apa2…
Kau berusaha berbicara pada mereka…
Oh ayah… ada yang belum kusampaikan padamu, betapa aku ingin lebih banyak mengajakmu bicara…
Oh ibu… ada yang belum kuucapkan padamu, betapa aku menyesal lebih banyak aku membantah perkataanmu daripada mendengarkanmu dengan khusyuk…
Oh saudara2ku… apa yang kutinggalkan selain rasa sakit hati pada diri kalian karena buruknya sikapku?
Oh sahabat2ku, aku sering lupa menyapamu dengan senyuman tulus setiap saat aku bertemu kalian…
Oh, betapa aku ingin mengatakan aku mencintai kalian… aku menyayangi kalian…!!! Dengarkah kalian? Walau seberapa buruk sikapku, aku mencintai kalian!!! Dengarkah…??
Tapi tidak ada yang mendengarmu… karena lidahmu kini kelu… tak bisa berkata lagi…
Kamu kelak akan diarak oleh keluargamu, menuju peristirahatan terakhir.
Saat itu, mungkin merupakan perjumpaan terakhir.
Karena setelahnya, kalian akan sendiri bersama tanah yang akan membaur dengan tubuh kalian
Kaku… bisu… diam… hanya keheningan yang menjadi teman kalian saat itu…
Kalian sendirian…
Datanglah malaikat Munkar dan Nakir mendekat dan menanyakan kepada kalian…
Siapa Tuhanmu?
Apakah kau bisa menjawab lantang “Allah”? Lidahmu gemetar, ia tak bisa berbohong lagi, ia tak bisa kaugunakan lagi untuk menutupi kepalsuanmu…
Aku ingin menjawab Allah, tapi, lidah ku ini tak bisa menyebutnya… yang kuingat adalah aku terlalu banyak mencintai duniaku… Siapakah nama yang selalu terngiang dalam pikiranku dan terucap dalam lisanku selama ini, teman? Bila selama ini dalam sehari-hari, yang kauingat bukanlah Allah, yakinkah kau masih bisa mengingatnya di alam kubur ini?Kalaupun engkau mengingatnya, yakinkah lidahmu tidak akan kaku karena tak terbiasa ia mengucapkan itu?
Saat yaumil hisab datang padamu… Seperti apakah kisah hidupmu ini kelak akan kau ceritakan? Tidak, saat itu lidah kalian dikunci. Akal cerdik kalian dihentikan. Saatnya kejujuran berbicara. Lihatlah tangan kalian, kelak ia akan akan menjawabkan apa yang telah kalian lakukan. Sentuhlah kaki kalian kelak dialah yang akan menjawabkan apa yang telah kalian lakukan. Rasakan hati kalian, kelak dialah yang akan berteriak tentang apa yang dia rasa dan niatkan selama ini. Mereka akan berteriak dengan tangis terpendam karena saat itu ia tak bisa lagi berbohong menutupi kesalahanmu… tak bisa lagi membisu menahan aibmu…tak bisa lagi membelamu…
Setelah semua terungkap nanti… yang ada hanya tinggal penyesalan…
Apalah artinya rasa senangmu di dunia dulu?
Apa makanan enakmu siang tadi masih ada gunanya kini? Apa novel yang kalian baca kemarin masih ada manfaatnya saat ini? Atau film yang kau tonton minggu lalu masihkah menyenangkanmu kini? Handphone yang baru kau beli itu, apakah ada di sampingmu saat ini?
Pujian-pujian temanmu bahwa kau hebat dalam berbagai hal apakah masih bisa kau banggakan kini? Tatapan kagum adik-adik kelasmu, apakah masih dapat kau lihat kini? Permintaan tolong dari orang-orang sekitarmu, apakah masih membuatmu merasa penting saat ini?
Bila setelah tirai diturunkan, tap! Drama telah usai. Perjalanan telah berakhir. Kamu turun dari panggung kehidupan dan di situlah hidupmu yang sebenarnya…
Apa yang kamu bawa di tanganmu?
Mungkin yang kau bawa adalah hutang2mu yang belum terbayar? Amanah2mu yang terlalaikan? Rasa sakit hati teman2mu yang diabaikan?
Lalu mana amalmu? Ya Allah, cukupkah ini untuk perjalanan panjangku ini? Kemarin saja ada kebaikanmu yang ku tunda. Nanti saja lah, kan masih ada waktu. Namun kini? Masihkah ada?
Di mana kamu kelak di akhirat berada? Di deretan orang-orang dengan wajah bersih bersinar? Atau deretan orang-orang yang menunduk karena hangus wajah kalian karena dosa yang kalian sembunyikan?
Di manakah kelak rumah abadimu? Apakah di Syurga tempat segala yang kau inginkan tersedia? Tempat segala yang kau tinggalkan di dunia ini dapat kau terima? Atau di Neraka? Tempat segala yang kau pinta adalah sia-sia? Tempat balasan atas hal-hal maksiat yang kau lakukan di dunia?
Setiap muslim akan masuk surga, bukan?
Namun apakah sebelumnya kau sempat merasakan api neraka itu? Yang satu hari seperti seribu tahun lamanya? Merasakannya untuk semenit saja? Hanya karena dosamu yang tidak kau pintakan taubatnya?
Bukan, bukan amalmu yang akan memasukkanmu ke Syurga… bukan sujudmu, bukan infaqmu,, bukan puasamu, bukan lelah kerjamu, bukan capai pikiranmu… bukan teman! Tapi rahmat Allah SWT! Maka hatimu, jagalah selalu pada harapan akan ridho Allah… Sikapmu, jagalah selalu dalam ikhlas padaNya. Lisanmu, jagalah selalu agar selalu membuahkan cinta padaNya…Harapkanlah Allah dalam hatimu, Karena hanya Allah yang dapat menolongmu, Teman…
Maka mulai hari ini hitunglah segala amalmu… hitunglah segala kesalahanmu… menangislah karena amalmu itu belum juga cukup menutupi dosamu… Jagalah terus dirimu dalam kebaikan. Karena kau tak tahu kapan batas akhir hidupmu… Pada akhir ceritamu,apakah akhir yang indah atau buruk? Apakah kau yakin, kelak kau akan mati dalam kondisi sebaik ini? Apakah kau mati dalam maksiat, atau dalam amalmu? Apakah kau mati saat kau sedang berbuat sia2, atau saat kau sedang berbuat kebajikan?
Karena hidup ini hanyalah perjalanan sementara teman. Kisah senangnya hanya hiburan sesaat. Kisah sedihnya hanya ujian sementara. Alam akhirat itulah hidupmu yang sebenarnya. Maka tanyakah ada dirimu.. buat apa aku di dunia ini? Tugas apa yang harus kutuntaskan di sini? Bagaimanakah aku mengisi perjalanan ini? Apa yang harus kusiapkan untuk hidupku nanti? Bagaimana akhir hidupku ini nanti kurencanakan?
Tanyakan pada dirimu… cari tahu oleh dirimu… kerjakan olehmu… saat ini… mulai detik ini…karena waktu tak dapat menunggu…
Selengkapnya...
Keagungan Akhlak Rasulullah
Saudaraku, islam sampai kepada kita saat ini tidak lain berkat jasa Baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai sosok penyampai risalah Allah SWT yang benar dan di ridhoi. Dan nanti di padang mahsyar, tiap umat islam pasti akan meminta syafa’at dari beliau SAW dan menginginkan berada di barisan beliau SAW. Namun, pengakuan tidaklah cukup sekedar pengakuan. Pasti yang mengaku umat beliau SAW akan berusaha mengikuti jejak beliau dengan jalan mengikuti sunnah-sunnah beliau dan senantiasa membasahi bibir ini dengan mendo’akan beliau dengan cara memperbanyak bersholawat kepada beliau SAW.
Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam hingga salah seorang istri beliau, Sayyidatina A’isyah Rodhiyallahuanha mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah “Al-Qur’an”. Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku keseharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya.
Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah sosok yang ringan tangan dan tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur. Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah sosok yang paling sabar dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang badui hingga membekas merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak marah.
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami sholat berjamaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Seusai sholat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah? “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.
Akhirnya, Rasulullahpun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah SAW yang kempis tengah di lilit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar. Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah SAW bergerak. Para sahabatpun berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?”. Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti.
Teramat agung pribadi Rasulullah SAW sehingga para sahabat yang ditanya oleh seorang badui tentang akhlak beliau SAW hanya mampu menangis karena tak sanggup untuk menggambarkan betapa mulia akhlak beliau SAW. Beliau diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia dan sebagai suri tauladan yang baik sepanjang zaman.
Saudaraku, sungguh kehadiran Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia lewat segala hal yang beliau contohkan kepada umat manusia. Beliau tidak pernah pandang bulu dalam hal menghargai manusia, penuh kasih sayang, tidak pernah mendendam, malahan beliau pernah menangis ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk meng-esakan Allah SWT.
Cukup kiranya beliau yang jadi suri tauladan kita, umat islam khususnya yang hari ini sebagian sudah sangat jauh dari akhlak Rasulullah, baik dalam tindakan maupun perkataan yang menyejukkan. apa yang dikatakan oleh seorang sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya dapat kita jadikan renungan bersama dimana beliau berkata: “Barangsiapa yang mengaku umat Nabi Muhammad, hendaklah berakhlak seperti beliau (Nabi Muhammad)”.
Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa “Belum beriman seseorang sehingga aku (Rasulullah Muhammad SAW) lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia”(HR. Bukhari). Kita tidak tahu apakah nanti akan di akui Rasulullah sebagai umatnya atau tidak kelak di yaumil kiamah. Namun satu yang pasti bahwa semua ingin berada di barisan beliau. maka, marilah kita sama-sama berusaha untuk mengikuti akhlak beliau SAW semampu diri kita, sebagai suri tauladan kita yang utama, memperbanyak ucapan sholawat untuknya, membela sunnahnya, bukan malah membelakanginya (mari berlindung dari hal demikian), sebagai bagian dari rasa cinta kita terhadapnya.
Saudaraku, mari kita sampaikan salam dan sholawat kepada beliau SAW, yang dengannya kita akan beroleh cinta dan Syafa’atnya kelak di yaumil mahsyar. insya Allah…Amiin.
Selengkapnya...
PENYAKIT YG AKAN MENIMPA WANITA YG TAK BERJILBAB
Sumber : Group Facebook Keluarga Ukhuwah Islamiyah
Rasulullah bersabda, “Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya (HR. Abu Daud) Rasulullah bersabda, “Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab) (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)
Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasannya perempuan yang tidak berjilbab atau berpakaian tetapi ketat, atau transparan maka ia akan mengalami berbagai penyakit kanker ganas di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka, apa lagi gadis ataupun putri-putri yang mengenakan pakaian ketat-ketat. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas milanoma pada usia dini, dan semakin bertambah dan menyebar sampai di kaki. Dan sebab utama penyakit kanker ganas ini adalah pakaian ketat yang dikenakan oleh putri-putri di terik matahari, dalam waktu yang panjang setelah bertahun-tahun. dan kaos kaki nilon yang mereka kenakan tidak sedikitpun bermanfaat didalam menjaga kaki mereka dari kanker ganas.
Dan sungguh Majalah kedokteran Inggris tersebut telah pun telah melakukan polling tentang penyakit milanoma ini, dan seolah keadaan mereka mirip dengan keadaan orang-orang pendurhaka (orang-orang kafir Arab) yang di da’wahi oleh Rasulullah. Tentang hal ini Allah berfirman: Dan ingatlah ketika mereka katakan: Ya Allah andai hal ini (Al-Qur’an) adalah benar dari sisimu maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih ( Q.S. Al-Anfaal:32)
Dan sungguh telah datang azab yang pedih ataupun yang lebih ringan dari hal itu, yaitu kanker ganas, dimana kanker itu adalah seganas-ganasnya kanker dari berbagai kanker. Dan penyakit ini merupakan akibat dari sengatan matahari yang mengandung ultraviolet dalam waktu yang panjang disekujur pakaian yang ketat, pakaian pantai (yang biasa dipakai orang-orang kafir ketika di pantai dan berjemur di sana) yang mereka kenakan. Dan penyakit ini terkadang mengenai seluruh tubuh dan dengan kadar yang berbeda-beda. Yang muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Dan terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan terkadang di daerah sekitar mata; kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah, dan menetap di hati serta merusaknya.
Terkadang juga menetap di sekujur tubuh, diantaranya: tulang, dan bagian dalam dada dan perut karena adanya dua ginjal, sampai menyebabkan air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini. Dan terkadang juga menyerang janin di dalam rahim ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama, sebagaimana obat luka sebagai kesempatan untuk sembuh untuk semua jenis kanker (selain kanker ganas ini), dimana obat-obatan ini belum bisa mengobati kanker ganas ini.
Dari sini, kita mengetahui hikmah yang agung anatomi tubuh manusia di dalam perspektif Islam tentang perempuan-perempuan yang melanggar batas-batas syari’at. yaitu bahwa model pakaian perempuan yang benar adalah yang menutupi seluruh tubuhnya, tidak ketat, tidak transparan, kecuali wajah dan telapak tangan. Dan sungguh semakin jelaslah bahwa pakaian yang sederhana dan sopan adalah upaya preventif yang paling bagus agar tidak terkena “adzab dunia” seperti penyakit tersebut di atas, apalagi adzab akhirat yang jauh lebih dahsyat dan pedih. Kemudian, apakah setelah adanya kesaksian dari ilmu pengetahuan kontemporer ini -padahal sudah ada penegasan hukum syari’at yang bijak sejak 14 abad silam- kita akan tetap tidak berpakaian yang baik (jilbab), bahkan malah tetap bertabarruj???
( Sumber: Al-I’jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah, Oleh :Muhammad Kamil Abd Al-Shomad/alsofwah )
Selengkapnya...
Kiat Berdakwah dengan Cinta
Sumber : Republika Online
Oleh : A Ilyas Ismail
Pada era baru sekarang,
Dakwah tak boleh dilakukan dengan cara-cara kekerasan atau cara-cara yang menimbulkan kebencian dan permusuhan.
Dakwah sejatinya harus mendekatkan,
Bukan malah menjauhkan, manusia (mad`u) dari petunjuk Tuhan.
Dakwah harus menimbulkan rasa cinta dan kasih sayang,
Bukan justru menanamkan kebencian dan permusuhan
(al-`Adawah wa al-Baghdha') .
Dalam bukunya yang amat monumental,
"Dakwah di Era Globalisasi" (Khithabuna al-Islami fi `Ashr al-Awlamah), ulama besar dunia,
Dr Yusuf al-Qaradhawi,
Mengimbau kaum Muslimin agar berdakwah dengan cinta.
Agama,
Kata al-Qaradhawi, pada intinya adalah cinta, yakni cinta kepada kebenaran, kebaikan, dan kedamaian.
Dakwah,
Mula-mula harus dilakukan dengan mengajak manusia agar cinta kepada Allah SWT.
Sebab,
Allah adalah sumber segala nikmat dan Pemberi segala kebaikan.
''Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan'' (QS al-Nahl [16]: 53).
Manusia sejatinya adalah tawanan kebaikan (asir al-ihsan).
Ia cenderung baik dan berbuat baik kepada siapa pun yang baik dan berbuat baik kepadanya.
Lantas,
Bagaimana ia tidak baik dan tidak cinta kepada Allah, Tuhan yang telah melimpahkan kepadanya kebaikan dari ujung rambut hingga ujung kaki. (QS Luqman [31]: 20).
Berikutnya,
Dakwah dilakukan dengan mengajak manusia agar cinta kepada alam.
Berbeda dengan Barat, jelas al-Qaradhawi,
Islam tidak memusuhi alam, tetapi mencintainya.
Dikisahkan,
Dalam perjalanan pulang dari suatu lawatan, Rasulullah SAW ditemani beberapa orang sahabat setiba mereka di seberang Gunung Uhud, Nabi berkata, ''Itu Gunung Uhud yang kita cintai, dan ia cinta kepada kita''
Lalu, berikutnya lagi,
Dakwah dilakukan dengan mengajak dan menggelorakan rasa cinta kepada manusia dan kemanusiaan.
Cinta kepada manusia berarti kita mengharapkan kebaikan, keselamatan, dan petunjuk Tuhan (hidayah) kepada mereka.
Diceritakan,
Ketika Rasulullah dizalimi orang-orang Thaif, banyak orang meminta agar Nabi berdoa, melaknat mereka.
Akan tetapi, Nabi menolaknya, seraya berkata,
''Demi Allah, aku ingin dari kampung ini kelak lahir anak-cucu yang menyembah Allah SWT. Ya Allah, berikan petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka (berbuat kejahatan), lantaran mereka tak mengetahuinya'' (HR Bukhari dan Muslim).
Jadi,
Rasulullah SAW telah memulai dan memberikan uswah hasanah dakwah dengan cinta.
Imam al-Syahid Hasan al-Banna melanjutkan dan mendorongnya.
Katanya,
Naghzu al-nas bi al-hubb la bi al-sayf
(Kami akan memerangi manusia dengan cinta, bukan dengan pedang).
Wallahu a'lam
Selengkapnya...
Sebuah Pelajaran dari Sayyid Quthb
Sumber : Group Facebook ROHIS KITA
Di bawah naungan Al Quran
Aku merasakan nikmat tak terkira
Yang tak dapat dimengerti orang lain
Di bawah naungan Al Quran
Ketemukan adanya lam hakikat
Lebih besar dari dunia yang terlihat
Di bawah naungan Al Quran
Ternyata manusia lebih terhormat
Daripada di hadapan manusia sendiri
Di bawah naungan Al Quran
Kutemukan tak ada yang kebetulan
Di detia nafas dan gerak semesta raya
Di bawah naungan Al Quran
Dapat kulihat campur tangan Tuhan
Di setiap peristiwa dan kejadian
Di bawah naungan Al Quran
Kulihat keindahan yang sangat mengagumkan
Di setiap detail kehidupan yang haroni ini
Di bawah naungan Al Quran
Aku merasa sangat mulia dan terhormat
Karena Tuhan Berbicara langsung kepadaku melalui Kitab ini
Selengkapnya...
Kamis, 29 Juli 2010
Al-Imtidad Ad-Da’wah
Sumber : Group Facebook PKS ku Yang Kucinta
Agar al-imtidadud da’awi (penyebaran pertumbuhan da’wah) semakin berpengaruh dalam perubahan, pembinaan, dan siyaghatu al-binaai al-ijtima’i (penataan struktur kemasyarakatan), tidak cukup hanya kita respon dengan al-imtidadu tanzhimi (penyebaran pertumbuhan struktur dakwah). Begitu pula agar struktur kemasyarakatan ini semakin dekat dengan siyaghatu al-binaai al-Islamiy (tatanan struktur masyarakat islami), tidak cukup hanya kita respon dengan al-imtidadud tanzhimi, memperluas dan memperlebar struktur kita.
Respon-respon structural itu harus ditindaklanjuti dengan al-imtidad at-tarbawi (pengembangan pembinaan). Hajman wa waznan, baik kapasitas ataupun bobotnya. Pengembangan tarbiyah yang sudah merupakan pekerjaan kita sehari-hari dan merupakan basis operasional, harus kita kembangkan kapasitas daya tampungnya. Sudah banyak yang menunggu untuk ditarbiyah. Sekarang tidak terbatas pada level mahasiswa, pemuda, atau akademisi. Para professional, pengusaha, praktisi bisnis, banyak yang menunggu untuk ditangani secara tarbawi. Sehingga kapasitas tarbiyah kita harus meningkat. Efeknya, tuntutan kepada pengembangan manhaj tarbiyah pun harus meningkat.
Pendekatan tarbiyah untuk pemuda dan mahasiswa berbeda dengan pendekatan tarbiyah kepada alim ulama dan mubaligh. Berbeda pula dengan para professional, praktisi bisnis, dan lain-lain. Oleh karena itu, fann at-tarbawi, penguasaan teknis operasional tarbiyah harus semakin meningkat. Agar kapasitas tarbiyah daya tampungnya semakin luas.
Untuk menjaga kapasitas, daya dan bobot tarbiyah, jangan sampai tarbiyah kita berkembang nuansanya menjadi ta’lim, apalagi tabligh. Karena ta’lim itu tazwidul ‘ilm (pembekalan ilmu), dan tabligh itu tazwidul ma’lumat (pembekalan informasi). Sedangkan tarbiyah merupakan tashihul aqidah, tashihul fikrah, tashihul akhlaq, dan tashihul ‘ibadah. Sehingga bobot taujihnya harus sangat menyentuh mafatihul uqul, mafatihul qulub, wa mafatihun nufus. Harus membuka kunci-kunci jiwa, hati, dan akal manusia. Tarbiyah harus lebih menggugah, lebih berkesan, dan lebih membangkitkan. Sebab tarbiyah bukan talqinul ulum.
Lapisan pendukung dan simpatisan dakwah menunggu penanganan kita. Kalau mereka merasakannya sama dengan majelis ta’lim umum, bahkan naudzubillah dirasakan sama dengan dakwahtainment, maka itu tidak akan menghasilkan potensi dakwah. Ini harus ditata. Karena tarbiyah itu merupakan kerja pertama dan utama jama’ah dakwah kita untuk membangun potensi SDMnya.
Walaupun begitu, tarbiyah, sebagai upaya manusia, bisa saja—naudzubillah—terjadi infilath tarbawi/falatan tarbawi. Artinya hasil tarbiyah yang tidak terkontrol. Hasil kerja keras dan pengorbanan kita, bisa saja natijahnya jelek. Tidak saesuai dengan yang kita inginkan. Infilat tarbawi biasanya berbentuk:
1. Munculnya tasyaddud, sikap eksklusif, ekstrim, dan merasa benar sendiri. Ini harus dipantau. Padahal kita memiliki pandangan ijabiyah ru’yah (memandang sisi positif). Pada hakekatnya kebaikan itu ada di mana-mana. Cuma ada yang terkonsolidasi oleh kita dan ada yang belum.
2. Bersikap kamaliyat (perfeksionis). Seolah-olah tarbiyah itu targetnya menciptakan insan malaki, manusia berkualitas malaikat. Ini juga bentuk infilat tarbawi, bentuk penyimpangan.
3. Bentuk infilath tarbawi yang lain adalah juz’iyyah. Hanya menukik di sector tertentu saja. Misalnya ruhiyah saja, sementara fikriyah kurang berkembang. Sehingga pertumbuhan cara berfikirnya ketinggalan. Tidak mampu menghadapi komunikasi fikriyah seperti yang kita jumpai di lapangan setelah musyarokah ini. Atau hanya menukik di bidang fikriyah atau siyasah saja. Padahal yang kita harapkan adalah tarbiyah yang integral dan terpadu.
Selain imtidad tarbawi, pertumbuhan dakwah kita juga menuntut imtidad tsaqofy. Kita harus belajar dan belajar, terus menerus. Kita harus mau membaca dan membaca. Baik bacaan yang tertulis di buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, radio atau TV. Juga membaca kehidupan masyarakat. Ini semua penting. Sehingga tsaqofah kita berkembang, tidak ketinggalan di segala sector.
Kita bergaul dengan mereka yang beraneka ragam keyakinan, beraneka ragam latar belakang ideology, pendidikan, budaya, dan bahkan kepentingannya. Supaya kita tidak gagap, kekurangan modal ketika menghadapi mereka, maka tsaqofah kita harus ditingkatkan. Bagi yang masih mempunyai kesempatan belajar formal, silahkan tingkatkan. Apakah S1, S2, S3, kalau ada S4 kita masuki. Bagi yang pendidikan formalnya sudah tertib, maka informalnya harus iqro’, terus membaca. Memang kalau kita tidak pandai memenej waktu, tazwidul tsaqafah (pembekalan wawasan) ini akan merosot.
Imtidad tsaqofiy—hazman waznan—harus ditingkatkan. Apalagi ajaran Islam mengajarkan bahwa thalabul ‘ilmi itu minal mahdi ilal lahdi. Menuntut ilmu itu dari bauaian hingga liang kubur. Uthlubul ‘ilma walau bi shin. Walaupun di Cina. Padahal waktu itu dakwah Islam belum sampai ke Cina. Tapi kata Rasul carilah ilmu itu sampai ke negeri Cina.
Jama’ah kita ini, di mana pun, terkenal sebagai madrasah, di mana di dalamnya selalu belajar dan meningkatkan diri, sudah menjadi shibghoh yaumiyah, warna keseharian kita.
Imtidad fanni, penguasaan teknik operasional sesuai bidang dan tugas kerja kita, baik kerja tanzhimiyah atau kerja professional. Penguasaan teknis secara lebih mengerucut sesuai dengan latar belakang tugas kita semakin penting.
Berikutnya adalah imtidad idari. Organisasi kita semakin besar, memerlukan manajerial yang tangguh. Sesuai dengan karakter organisasi jama’ah kita, adalah bukan karakter birokrasi, tapi karakter mutathowwi’in (sukarela). Oleh karena itu kita harus membagi pendelegasian wewenang, tugas-tugas secara lebih merata dan lebih meluas. Mungkin kalau dilihat dari sudut pandang birokrasi—perusahaan atau pemerintahan—organisasi kita amat bengkak. Karena kita ini tidak ada keterkaitan antara penugasan dengan standar gaji. Kalau pun ada, itu sifatnya hanya ta’awun. Itu pun jauh dari standar untuk ma’isyah. Karena kaitannya bukan ma’isyah, tapi lebih kepada muwasholah (penyambung) saja.
Karakter organisasi yang mutathowwi’in, sukarelawan ini, tugasnya harus terbagi. Kewenangan didelegasikan d I dalam bidang-bidang. Kalau ada pos-pos yang kurang berjalan, kita tingkatkan agar lebih mampu berjalan dan memikul tugas secara lebih baik. Bukan dengan cara ditekel/diambil. Kita berusaha untuk meningkatkan para penjaga pos agar bertugas secara bertahap. Agar terbagi secara baik, terlaksana melalui proses ta’awanu ‘alal birri wat taqwa. Ini karena tanzhim kita adalah tanzhim mutatowwi’in, bukan birokrasi.
Karakter organisasi lain, yang terkenal sibuk dan bekerja adalah ketua dan sekretaris. Di organisasi kemasyarakatan itu hal biasa. Mudah-mudahan, insya Allah, itu tidak akan merembes kepada kita. Kita sudah terbagi, semua bekerja, yang penting adalah tanasuq dzaatii.
Singkronisasi antar komponen organisasi dalam bidang tertentu, dan singkronisasi antara bidang dengan bidang yang lain. Setiap potensi kader harus termanfaatkan. Dengan begitu semakin meningkat kapasitas, bobot, dan kompetensinya.
Selanjutnya al-imtidad al-iqtishodiy (perkembangan ekonomi). Sampai sekarang pembiayaan dakwah kita masih dalam level konvensional melalui tadhiyyah dari ikhwan dan akhwat, dari ta’awun ikhowi yang luar biasa. Tentu berkahnya tidak diragukan. Tapi kalau diakaitkan dengan tugas berat ke depan, pengembangan ekonomi dakwah harus semakin professional. Basis ta’awun dan tadhiyyah harus selalu terpelihara, karena itu adalah modal awal. Tapi kalau modal awal itu tidak berkembang menjadi professional, maka akan banyak pembiayaan-pembiayaan dakwah yang tidak tertangani secara konvensional.
Sudah barang tentu, Allahu Ghaniyyun Karim. Semua sumber kekuatan, termasuk sumber ekonomi adalah dari Allah SWT. Tapi Allah memerintahkan kita bekerja. Rasulullah SAW pernah melihat seseorang yang setiap hari nongkrong terus di masjid. Beliau bertanya, “Siapa yang member nafkah dia?”. Sahabat menjawab, “Saudaranya”. Kata Rasulullah: “Saudaranya itu lebih baik dari dia”.
Umar bin Khattab juga melihat fenomena serupa. Ada orang terus menerus berdo’a di masjid. Kata beliau, “Alaa ta’khudzu fa’san, litahtathibu?” Mengapa kamu tidak ambil kampak, agar kamu mencari kayu. “Fa innas samaa la tumthiru dzahaban wa la fidhdhoh”, sesungguhnya langit tidak akan pernah hujan emas atau perak. Allah akan menurunkan rizki—apalagi rizki untuk dakwah, yang penting kita tampil di hadapan Allah dengan kerja keras.
Sudah tentu ini untuk para ikhwan dan akhwat yang mempunyai bakat di bidangnya. Kalau tidak mempunyai bakat jangan di dorong-dorong. Karena ada dua kerugiannya: bisnis rusak, dakwah rusak.
Disinilah kemudian peran takaful-ta’awun. Kita bakatnya berbeda-beda. Ada yang tumbuh dengan bakat ekonomi, bakat politik, bakat budaya, bakat kerja di charity. Dari semua bakat yang tumbuh ini terjadi ta’awun dan takaful, saling menopang.
Rasa berbagi dari ikhwah yang sukses ekonominya kepada ikhwan yang menekuni bidang lain harus ditumbuh suburkan. Supoaya tidak aka nada komentar dari masyarakat, “Kasihan itu ustadz, dibiarin sama ikhwannya” Walaupun ikhwan akhwat itu ikhlas, tekun menekuni bidangnya walaupun tidak berefek secara ekonomi. Tapi masyarakat yang akan berkomentar. Banyakl komentar itu dating kepada saya. Biasanya selagi masih dapat saya tangani, saya akan tangani sendiri. Kalau tidak, biasanya saya transfer ke ikhwan lain. Tapi kita tentu tidak harus menunggu komentar dari masyarakat. Maka, ikhwah harus mempunyai semangat berbagi. Alhamdulillah, beberapa ikhwah yang ekonominya baik, mempunyai daftar kafalah untuk ikhwah lain. Kalau kebiasaan ini ditumbuh suburkan, Insya Allah semakin berkah dakwah kita.
Perkembangan ekonomi ini, baik kapasitas atau bobotnya harus meningkat. Dari dulu sering saya komentari, Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi di liqo’at/halaqoh itu berkah. Tapi pasar itu lebih luas dari halaqoh. Ketika dating ke halaqoh ada yang bawa jilbab, yang ini bawa barang lainnya, insya Allah berkah. Tapi untuk ekonomi dakwah itu kurang. Salah satu yang dibangun Rasulullah SAW setelah hijrah itu adalah pasar. Maka semuanya harus seimbang anatara pertumbuhan tanzhimi, tarbawi, tsaqofi, fanni, idari, dan iqtishady.
Berikutnya adalah factor ijtima’i. Komunikasi social kita harus diperluas. Dalam hal komunikasi social, tidak perlu memakai taqwim nukhbawi (ukuran kader). Kita perluas komunikasi social kita, lintas partai, jama’ah, agama, dan etnis. Kita lakukan komunikasi secara luas. Karena keragaman atau pluralitas itu adalah fitrah. Rasulullah SAW juga mengembangkan hubungan secara luas. Bahkan ada komunikasi social yang jarang terungkap dari sirah nabawiyah, yang disampaikan Abu Bakar Shiddiq. Ketika menjadi khalifah pertama, beliau sangat memperhatikan kebijakan dan kebiasaan Rasulullah SAW.
Salah satunya, ternyata Rasulullah SAW melakukan komunikasi yang sangat baik dan akrab dengan seorang Yahudi yang buta matanya. Setiap pagi Rasulullah SAW datang mengantar roti dan susu. Orang Yahudi ini sudah tua dan giginya ompong. Kalau diberi roti yang kering dan ada air, roti itu dicelupkan. Kalau tidak ada, dikunyahkan Rasulullah, setelah itu disuapkan kepada orang Yahudi itu. Peristiwa itu hanya diketahui Abu Bakar.
Begitu Rasulullah wafat, Abu Bakar menggantikannya. Karena Yahudi ini buta, ia tidak tahu pada Abu Bakar. Ketika Abu Bakar menyuapkan roti, Yahudi itu berkata, “Siapa kamu?” Abu Bakar menjawab, “Saya biasa datang setiap pagi”—maksudnya menemani Rasulullah. Orang Yahudi berkata, “Tapi rasanya tidak begini, dia lebih halus dan lebih hangat”. Abu Bakar pun menangis.Ini adalah komunikasi lintas agama, dan itu merupakan bentuk riil dari rahmatan lil alamin. Sampai orang Yahudi pun menikmati Islam dalam keyahudiannya. Orang Kristen menikmati Islam dalam kekristenannya.
Walaupun entitas non muslim minoritas di Indonesia, tetap harus terjangkau oleh komunikasi social. Di lingkungan umat Islam diperkokoh. Jangan terhambat oleh beda yayasan, beda organisasi, beda partai. Kita harus terbuka. Kalau mereka mulutnya usil kepada kita, kita maafkan. Karena kita kader dakwah. Kadang-kadang ada organisasi yang terkontaminasi oleh kepentingan partai tertentu, lalu usil kepada kita. Maka kita harus lebih dewasa meresponnya. Tidak perlu terprovokasi oleh sifat-sifat yang kita yakini bukan sifat asli dari organisasi itu. Sekedar terkontaminasi, terkotori oleh kepentingan partai tertentu. Kita jangan mudah terpancing untuk kemudian ketus atau menjadi cuek kepda organisasi itu. Mereka tetap ikhwan kita, saudara kita seiman.
Alaqoh ijtima’i diperluas. Agar kehadiran kita diterima secara baik oleh seluruh komponen masyarakat, lintas partai, agama, dan organisasi. Kalaupun masih ada resistensi, itu bagian kecil dan biasanya berwarna ideologis politik.
Dalam berkomunikasi, prinsipnya, “sayyidul qaumi khadimuhum”, selalu berkhidmat. Dalam Islam, khidmat itu sampai ke tingkat “tabassumuka fi wajhika li akhika laka shadaqah”. Murah senyum, ramah, santun, itu merupakan modal dasar bagi komunikasi social kita.
Ini bagian dari tanhidiyah kita menuju mihwar daulah. Agar tingkat resistensi kehadiran kita di tengah-tengah pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara semakin kecil. Karena masyarakat melihat realitas fenomena kesantunan, keramahan, dan keterbukaan kita dalam komunikasi, insya Allah resistensi itu semakin mengecil, ia akan selalu ada, tapi akan bisa kita kurangi.
Berikutnya. Imtidad siyasi. Ruang lingkup komunikasi politik harus diperluas. Kemampuan berkomunikasi politik sangat besar pengaruhnya. Komunikasi politik itu mencari kemungkinan-kemungkinan di tengah ketidakmungkinan. Mencari titik temu bersama. Kita kelola dengan baik, supaya tidak ada benturan yang tidak perlu. Kita memerlukan peluang dan ruang pertumbuhan. Untuk menjamin keamanan, ruang dan peluang pertumbuhan, kita harus mengurangi komplikasi-komplikasi politik dengan pihak manapun agar kita mencapai posisi yang aman, bahkan sampai ke posisi dominan. Peluang-peluang kita terbuka banyak. Itu harus kita manfaatkan untuk lebih mengokohkan dakwah dan memperbesar dakwah.
Terakhir, imtidad i’lami. Pertumbuhan di sektor media massa. Memang beberapa factor yang mencuat dan dianggap kendala adalah pembiayaan. Tapi ‘ala kulli hal, masalah i’lam (media) ini perlu dikemas secara baik. i’lam yang paling mendasar dalam gerakan dakwah ini adalah performance dari setiap diri kita. Setiap kita harus memancarkan sum’ah thayyibah (aroma yang baik) bagi jama’ahnya. Itulah modal dasar i’lam.
Di tahun 50-an Sayyid Qutb pernah didatangi banyak aktivis Islam. Mereka mengeluh tentang i’lam. Ada yang berbicara kurang modal, ada yang berbicara masalah keamanan. Ada yang mengeluh majalah-majalahnya sering dibredel, diberangus, dicabut izinnya, atau kantornya digerebek. Sayyid Qutb berkata, “I’lam asasi adalah anfusuhum”. Media utama adalah diri kader itu sendiri.
Mrengelola i’lam ini terkadang gamang. Apakah ini tidak termasuk riya, apa tidak merusak zuhud kita, merusak tawadhu kita?
Kalau kita mengumumkan hal-hal yang terkait dengan pribadi, milik kita atau orang lain secara pribadi, itu baru bermasalah. Tapi kalau terkait dengan kepentingan public, yang kita kerjakan, itu justru diperlukan. Untuk merangsang orang lain mengikuti, membantu, dan mendukungnya. Sikap-sikap kita yang membela umat harus ditampilkan. Bahkan itu bisa wajib, karena mendukung eksisistensi dakwah kita, pertumbuhan dakwah kita.
Faktor-faktor tadi secara simultan bergerak, tumbuh, mutawazin, berkembang. Insya Allah dakwah ini bukan hanya berkembang, tapi pengaruhnya, suaranya mudah didengar.
Komentarnya mudah diikuti. Kritiknya mudah diterima. Karena kapasitas dan bobot tanzhimi,
tarbawi, tsaqofy, fanni, idari, iqtishady, ijtima’i, siyasi, dan i’lami terkelola, terkemas secara baik, simultan dan seimbang.
Insya Allah ini akan menjadi modal agar dakwah dan jama’ah kita berpengaruh. Jika berbicara didengar, Jika bertindak terasa.
Insya Allah jama’ah dakwah kita semakin berbobot. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan taufiq, ri’ayah, inayah. Memberikan tamkin kepada kita. Sehingga semakin mendekatkan diri kita kepada ridha Allah sampai pada li i’lai kalimatillahi hiyal ‘ulya.
Selengkapnya...
Jangan Jadi Komandan Cengeng
Sumber : Group Facebook Semangat Hati
masih punya tangan kan ?
Masih bisa jalan kan ?
Kenapa masih aja ngeluh ?
Masih mau minta-minta ?
Ngak malu tuh sama umur ?
Mau sampe kapan minta terus ?
Mau sampe kapan disuapin terus ?
Sejak kapan kita menjadi cengeng seperti ini ? Selalu mengharapkan bantuan dari orang lain ?
lebih suka meminta atau diberi daripada memberi ?
Kenapa derajatnya jadi terbalik sih ?
Apakah ini yang disebut komandan penyemangat ?
Dimana kerja kerasnya ?
Yang selalu memberikan dunia dengan kebaikan ?
menjadikan dunia penuh dengan senyuman ?
Hidup ini keras ? Hidup ini kasar ? Hidup ini...... ? ? ?
sampai kapan kita bermimpi ? Sampai kapan kita memendam kekuatan ini ?
Atau bahkan sengaja dikubur jauh-jauh ? Dipendam dan dibeton ?
Apalah artinya semangat kalau hanya dimulut saja ?
Apalah artinya kekuatan kalau hanya diangan saja ?
“KAPAN BANGKITNYA ???”
Selengkapnya...
MENCINTAI DALAM HENING
Sumber : Group Facebook Kata-Kata Hikmah
Duhai gadis, maukah ku beritahukan padamu bagaimana mencintai dengan indah?
Inginkah ku bisikkan bagaimana mencintai dengan syahdu..
Maka dengarlah..
Gadis, Saat ku jatuh cinta..
Tak akan ku berucap..
Tak akan ku berkata..
Namun ku hanya akan diam..
Saat ku mencintai, takkan pernah ku menyatakan.
Tak akan ku menggoreskan..
Yang ku lakukan hanyalah diam..
Aku tahu, cinta adalah fitrah..sebuah anugrah tak terperih..
Karena cinta adalah kehidupan.
Karena rasa itu adalah cahaya.
Aku tahu, hidup tanpa cinta, bagaikan hidup dalam gelap gulita..
Namun.. Saat rasa itu menyapa, maka hadapi dgn anggun.
Karena rasa itu ibarat belenggu pelangi, dengan begitu banyak warna.
Cinta terkadang mbuatmu bahagia, namun tak jarang mbuatmu menderita.
Cinta ada kalanya manis bagaikan gula,
Namun juga mampu memberi pahit yang sangat getir.
Cinta adalah perangkap rasa..
Sekali kau salah berlaku, maka kau akan terkungkung dalam waktu yang lama dalam lingkaran derita.
Maka gadis, Agar kau dapat keluar dari belenggu itu.
Dan mampu melaluinya dgn anggun..
Maka mencintailah dalam hening.
Dalam diam..
Tak perlu kau lari, tak perlu kau hindari.
Namun juga, jangan kau sikapi dgn berlebihan.
Jangan kau umbar rasamu.
Jangan kau tumpahkan segala sukamu..
Cobalah merenung sejenak dan fikirkan dgn tenang..
Kita percaya takdir bukan?
Kita tahu dengan sangat jelas...
Dia, Allah telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya?
Jadi, apa yang kau risaukan?
Biarkan Allah yg mengaturnya,
Dan yakinlah di tangan-Nya semua akan baik-baik saja..
Cobalah renungkan...
Dia yang kau cinta, belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikmu..
Dia yang kau puja, yang kau ingat saat siang dan yang kau tangisi ketika malam,
Akankah dia yang telah Allah takdirkan denganmu?
Gadis, kita tak tahu dan tak akan pernah tahu..
Hingga saatnya tiba..
Maka, ku ingatkan padamu, tidakkah kau malu jika smua rasa telah kau umbar...
Namun ternyata kelak bukan kau yg dia pilih untuk mendampingi hidupnya?
Gadis, Karena cinta kita begitu agung untuk di umbar..
Begitu mulia untuk di tampakkan..
Begitu sakral untuk di tumpahkan..
Dan sadarilah gadis, fitrah kita wanita adalah pemalu,
Dan kau indah karena sifat malumu..
Lalu, masihkah kau tampak menawan jika rasa malu itu telah di nafikan?
Masihkah kau tampak bestari jika malu itu telah kau singkap..
Duhai gadis, jadikan malu sebagai selendangmu..
Maka tawan hatimu sendiri dalam sangkar keimanan..
Dalam jeruji kesetiaan..
Yah.. Kesetiaan padanya yg telah Allah tuliskan namamu dan namanya di Lauhul Mahfuzh..
Jauh sebelum bumi dan langit dicipta..
Maka cintailah dlm hening.
Agar jika memang bukan dia yg ditakdirkan untukmu,
Maka cukuplah Allah dan kau yg tahu segala rasamu..
Agar kesucianmu tetap terjaga..
Agar keanggunanmu tetap terbias..
Maka, ku beritahukan padamu,
Pegang kendali hatimu..Jangan kau lepaskan.
Acuhkan semua godaan yg menghampirimu..
Cinta bukan untuk kau hancurkan, bukan untuk kau musnahkan..
Namun cinta hanya butuh kau kendalikan, hanya cukup kau arahkan..
Gadis... yg kau butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya..
Maka, peganglah kendali hatimu,
Lalu..Arahkan pd Nya..
Dan cintailah dalam diam..
Dalam hening..
Itu jauh lebih indah..
Jauh lebih suci..
Selengkapnya...
Lelaki Subuh
Sumber : Facebook Abi Priyo
Oleh Rts.Mardiyati Ismail
“Mba.. aku punya temen yang aneh banget lho...“ adikku berkata tiba-tiba memecahkan kesunyian sore itu.
’’Hmm..’’ aku hanya menggumam mendengar pernyataan adikku tanpa melepaskan tatapan mataku dari buku yang sedang kunikmati isinya.
’’Bener lho Mba, dia tuh salah satu orang ter-aneh yang pernah aku jumpai..’’ lanjut nya lagi.
’’Ya...wajar aja lah dek...orang aneh kayak kamu, pasti temennya juga aneh kan...?’’ Aku hanya menjawab pernyataan adikku sekenanya, sambil tersenyum menggodanya.
’’Mba...mau denger nggak sih?..ini serius..ntar mba rugi kalo gak mau dengerin aku..’’ lanjutnya dengan nada sedikit lebih tinggi.
’’Ya...kalau kamu merasa dia aneh...jangan dijadiin temen doong...sekarang aja kamu tu dah aneh banget...ntar gaul sama dia...bisa mampus Mba ngadapin kamu...’’ jawabku sekenanya.
Adik bungsu ku itu tidak memperdulikan jawabanku barusan. Melihat aku meletakkan bukuku, dengan muka yang serius dan berkerut dia mulai bercerita. Seperti biasa, kalau ekspresinya sudah begini, maka..sesibuk apapun aku –dengan terpaksa ataupun dengan kerelaan- aku HARUS punya waktu untuk mendengarkannya. Kebetulan adikku sedang weekend di kotaku. Dia sedang menyelesaikan studi masternya di salah satu kota di daerah barat Jerman, tetapi saat ini dia sedang melakukan pratikum (kalau di Indonesia setara dengan kerja praktek) di salah satu kota di bagian selatan. Kebetulan aku tinggal di kota antara barat dan selatan, sehingga dia mampir sebentar sekalian untuk menjengukku.
’’Aku kenal dia belum sampai setahun di tempat aku pratikum.’’ Adikku mulai bertutur. Pertama kali aku kenal dengan dia, orangnya sih biasa saja...nothing special. Mungkin karena kita sama-sama dari Indonesia, apalagi sesama muslim....so..akhirnya kita jadi dekat dan akrab...’’.tuturnya perlahan.
Hmm...tumben..pikirku...
Aku sangat kenal tabiat adikku yang satu ini. Dia tidak mudah untuk menyatakan seseorang itu adalah teman dekatnya. Adikku ini dalam bergaul emang teramat sangat jaim dan introvert.
’’Tumben...kamu punya temen deket dek...yang Mba tau..temen yang kamu anggap deket sejak lahir ampe sekarang kamu idup kan gak sampe 5 biji...hihi...’’ kembali aku menggodanya.
’’Pasti ada sesuatu yang yang membuat kamu betah dekat dengan dia, bener nggak?’’ kali ini aku mencoba meraba, gerangan apakah yang membuat adikku ini bisa akrab dengan mahluk yang katanya aneh ini.
’’Mba tau..??’’
’’Ya nggak lah, wong kamunya belum bilang kok.....gimana Mba bisa tau?’’ dengan sengaja aku memotong pembicaraannya.
’’Aku benar-benar menyayanginya dengan sepenuh hatiku’’. Adikku berkata lembut dengan sorot mata penuh kekaguman.
’’WHAT...wie bitte..?? Barusan kamu bilang apa??..entar dulu...orang yang sedang adek bicarain ini laki apa perempuan sih??’’ tanyaku bergegas.
’’Pffhh...Mba..ini..nyebelin banget! Ya cowok lah...’’ jawabnya ketus.
’’Emm...cowok toh...’’ jawabku ringan sambil tersenyum lebar.
’’Ikhwan?’’ timpalku lagi.
’’Hmm..kalo yang Mba maksud adalah lelaki berjenggot dan dengan segala atributnya...mungkin dia gak termasuk kategori ini deh, ,, ’’
‘’So...dia lelaki jenis yang mana,,, ?’’ tanyaku datar.
‘’Susah buat memberi definisinya..yang aku tau..kalau dilihat dari luarnya, dia adalah lelaki biasa-biasa saja. Tampangnya dan gaya bicaranya gaul banget. Tetapi..kalau kita kenal dia lebih jauh, bagiku dia adalah cowok keren, dengan segala makna yang terkandung di dalamnya!’’ kembali adikku berkata dengan sorot mata berbinar.
‘’Tapi tadi katanya dia mahluk aneh?.kok sekarang jadi mahluk keren?..gak konsisten kamu ah....’’ kembali aku menggoda adik bungsuku ini.
Hmm..kalau kata-kata pujian atau kekaguman keluar dari mulut adikku ini, berarti kualitas orang yang sedang dibicarakannya adalah memang bukan sembarangan. Adikku ini sangat pelit dengan pujian, atau mengakui kekagumannya kepada seseorang. Karena dia punya standar yang cukup tinggi dalam memberikan penilaian. Bagiku wajar saja, toh dia sendiri adalah kebanggaan di keluarga kami. Dia menyelesaikan S1-nya di jurusan teknik dalam waktu 3, 5 tahun dengan predikat cum laude di Institut bergengsi.
Semenjak semester kedua kuliah dia sudah hidup mandiri dengan hasil keringatnya sendiri. Mendapatkan beasiswa top-ten student Indonesia dan penghasilan di sana sini dengan kepiawaiannya mengajar. Selain padat dengan jadwal kuliah dan mengajar privat, dia menyempatkan diri pula untuk mengajar mengaji anak-anak di masjid dekat rumah kontrakan kami. Menghidupkan masjid, mencarikan orang tua asuh bagi anak-anak kurang mampu yang menjadi murid mengajinya, dan bahkan terkadang merangkap menjadi imam dan muadzin, bahkan tukang ojek part time mama kalau pergi ke pengajian.
‘’Coba Mba tebak ya...dia..pasti sholeh? Bener nggak?
Trus...pekerja keras. Iya khan?.and...apalagi ya?.ah, palingan seputar itulah..gak bakalan jauh-jauh dari situ..iya kan??’’ Kataku dengan senyum penuh kemenangan. Karena aku yakin sekali, tebakanku kali ini tidak akan meleset jauh.
’’Secara umum bener sih. Tapi cara sholehnya itu loh mba, yang gak masuk dalam jangkauan akalku...’’ jelasnya sambil menerawang jauh.
‘’Maksudnya? Mba gak ngerti..’’ tanyaku dengan sedikit rasa penasaran dibenakku.
’’Kita sekarang ini bukan sedang di Indonesia Mba. Kalau aku temuin dia di Indonesia, ato di Bandung misalnya..mungkin bagiku sih biasa aja.
Tapi, kalau untuk ukuran di sini -di Jerman- hmm..berat!’’. tuturnya sambil menghela nafas.
Aku terdiam sejenak dan mulai menaruh perhatian pada apa yang barusan diucapkan oleh adikku. Dalam hati aku membenarkan ucapan adikku barusan. Untuk istiqomah tetap pada aturan Allah di sini tidaklah semudah mengucapkannya. Butuh perjuangan dan kesungguhan penuh. Untuk melakukan ibadah rutin –sholat lima waktu- tidaklah semudah di Indonesia. Belum lagi untuk selalu berhati-hati dalam segala hal, menjaga diri dari makanan haram dan menjaga pandangan misalnya. Benar-benar butuh azzam.
‘’Dia temenmu sama-sama kuliah? Dia sedang ambil Master juga di sini? Dia ikut tarbiyah?’’ tanyaku beruntun.
’’Aku ketemu dia ketika sedang pratikum di Ulm. Dia juga sedang berjuang menyelesaikan program masternya’’.
‘’Beasiswa?’’ tanyaku penasaran.
’’Ndak. Dia kuliah sambil bekerja part-time di sini’’.
’’Maksud Mba, beasiswa dari keluarga’’ timpalku sambil tersenyum simpul.
‘’Ndak juga. Dia tidak mau menerima kiriman dari orang tuanya dari Indonesia. Dia nggak tega, soalnya mereka sudah cukup tua katanya’’. jawab adikku sambil tetap menjawab dengan nada serius.
‘’Oo..gitu..’’ jawabku sambil berfikir, mencari bagian yang aneh tentang temennya tersebut.
‘’Mba tau, setiap waktu sholat tiba..dia akan segera berwudhu, mengenakan pakaian terbaiknya, dan... selalu mengumandangkan adzan di kamarnya’’. lanjut adikku dengan kalem.
‘’Maksudmu?’’ adzan di apartementnya?’’ tanyaku untuk memastikan pendengaranku.
‘’Iya. Bila kita kebetulan tidak sedang di luar apartement, dia selalu melakukan hal tersebut’’.
‘’Bahkan ketika kamu sedang berada di kamarnya?’’ selidikku lagi.
’’Iya, dia tidak pernah perduli apakah lagi sendiri ataukah ada teman yang sedang mengunjunginya. Bila waktu sholat telah tiba, dia dengan cueknya adzan di kamarnya dengan suara yang syahdu dan mengajak sholat berjamaah’’. Dengan semangat adikku menjelaskan.
’’Hmm...unik juga ya..’’ sahutku sambil mencerna ucapan adikku.
Setelah hening sejenak, aku kembali bertanya kepada adikku.
’’Adek pernah tanya ke dia nggak, kenapa dia melakukan hal itu?’’ selidikku penasaran.
’’Pernah sih, setelah aku mati penasaran melihat tingkahnya yang nggak cuma sekali itu’’.
’’Trus...apa jawabannya?’’ Kucondongkan mukaku menanti jawaban dari mulut adikku.
’’Dia bilang waktu sholat sudah tiba, dan dia merasa berkewajiban untuk menyeru menegakkan sholat, menghadap Allah untuk mencapai kemenangan“. lanjut adikku.
’’Tapi kan kadang-kadang di apartemennya cuma ada dia sendirian...so, dia adzan buat siapa?’’ lanjutku dengan nada yang sedikit tecekat di tenggorokan.
’’ Iya.emang..’’ jawab adikku dengan sorot mata berkaca, menggigit bibir bagian bawahnya, berusaha menahan agar bulir kristal dari bening matanya tidak tertumpah.
Mengertilah aku kini, gerangan perasaan yang tengah melanda di hati adik bungsuku ini. Dia tengah dilanda cemburu. Cemburu kepada saudaranya yang mengekspresikan rasa cintanya kepada Allah dengan cara yang tidak pernah terlintas di kepalanya.
’’Mungkin itu emang ibadah ’andalannya’ ’’ lanjutku hanya untuk sekedar menetralisir perasaannya.
’’Kamu kan juga punya ibadah favorit yang selalu berusaha istiqomah kamu lakukan dari dulu sampe sekarang’’. Kuucapkan kata-kataku dengan sebijak dan setenang mungkin.
Adikku hanya diam, menatapku dengan tatapan yang sulit untuk aku terjemahkan.
’’Kamu Insya Allah masih istiqomah kan untuk selalu sholat subuh di masjid?’’ tanyaku lagi seraya menatap matanya hanya untuk sekedar memastikan.
Adikku mengangguk perlahan.
’’Subuh di masjidnya di semua musim kan? Maksud Mba, mau summer ataupun winter kamu tetap sholat subuh di masjid kan?’’ lanjutku berusaha untuk mencairkan suasana.
Adikku kembali mengangguk.
’’Tapi dia juga selalu sholat subuh di Masjid Mba. Mau sedingin apapun winter di sana, dia tetap untuk berusaha sholat subuh di Masjid’’. Lanjut adikku lagi.
‘’Asik doong, kalo gitu kamu punya temen buat sholat subuh’’ lanjutku lagi dengan nada setenang mungkin, dengan segenap gemuruh cemburu didadaku.
Subhanallah, dari dasar hati yang terdalam, aku benar-benar memberikan dua jempol untuk mereka berdua. Untuk sholat shubuh tepat waktu, serta berjamaah di masjid -di negeri ini- benar-benar dibutuhkan energi kesholehan yang luar biasa. Aku tahu, tidak semua orang sanggup melakukannya. Hanya orang-orang yang sudah terbiasa melakukannya dan menjadi bagian yang tak terpisah dari jiwanya saja yang akan sanggup melaksanakannya. Dengan jadwal shubuh yang tidak tetap seperti di Indonesia, dengan masjid yang tidak selalu ada di setiap kota, serta dengan jiwa yang selalu berusaha istiqomah melakukannya, tentu, hanya akan bisa dilakukan oleh orang-orang pilihan saja!
’’Aku mempunyai beribu kenangan indah dengan temanku ini Mba. Dari dia aku belajar banyak hal. Tentang arti ketulusan, kejujuran, kelembutan hati, dan terutama cara dia mengekspresikan cintanya kepada Allah. Pernah suatu hari sedang terjadi gerhana bulan. Dia menelponku dan mengajakku untuk melakukan sholat sunat gerhana bulan di Masjid. Karena dia mengikuti beberapa kajian di Masjid, Imam Masjid di sana cukup dekat dengan dia, sehingga dia mendapatkan informasi tentang adanya sholat gerhana bulan tersebut. Aku sih senang-senang saja diajak sholat gerhana bulan. Apalagi waktu itu hari Jumat, dan kupikir Insya Allah tidak akan lama.
Aku nggak tau kalau yang bakalan jadi imamnya ternyata seorang hafidz Quran. Di rakaat pertama beliau membaca surat Ali imron, dan di rakaat kedua kalau aku nggak salah Beliau membaca surat An-Nisa. Kebayang kan berapa lama jadinya?’’ adikku bercerita dengan bersemangat tapi dengan mimik muka yang masam.
Aku hanya tersenyum geli mendengar cerita adikku.
‘’Wah, bagus buatmu dong dek! Jadi sekalian ngulang hafalan Ali Imronmu..haha..’’ aku berkata seraya tak kuasa menahan gelak tawaku, karena terbayang di benakku wajah adikku yang manyun dengan kaki yang pegal dan hati bertanya-tanya, kapan sholatnya bakalan kelar!
‘’Dan Mba tau nggak?? Tadinya aku mau complaint tentang imam yang gak ‘care’ banget dengan jamaah yang mungkin cape karena surat yang dibacanya panjang baget ke temanku itu. Tetapi ketika aku melihat wajahnya yang begitu bahagia dan tidak sedikitpun terlihat letih, aku urungkan niatku untuk sedikit ‘’complaint’’. Aku tidak habis pikir, semangat apa yang ada di dalam jiwanya, sehingga dia tidak terlihat lelah sedikitpun kala itu. Karena aku tahu, beban kuliah ditambah dengan beban untuk mencari rezeki untk menyambung hidup di sini, sudah cukup untuk membuat kita letih.
Setelah sholat gerhana bulan selesai, aku dan temanku pulang dengan mengendarai sepeda kami dan dengan udara yang teramat sangat dingin. Mba pasti bisa membayangkan gimana cuaca jam 3 pagi di musim dingin di daerah selatan Jerman. Tapi ketika itu, yang aku rasakan hanyalah kehangatan suasana persaudaraan karena Allah semata. Begitu indah. Di negeri yang hampir sebagian besar penduduknya tidak mengenal Allah, kutemui saudaraku yang begitu dalam kecintaannya kepada Allah, yang bukan hanya sekedar di bibir saja. Karena tatap mata tidak pernah berdusta Mba. Aku benar-benar temukan binar mata dengan luapan rasa cinta yang begitu indah pada dirinya, ketika dia beribadah kepada Allah. Dia benar-benar mengayuh sepedanya pulang kerumah dengan segenap energi cintanya kepada Allah. Kalau mengingat kejadian itu, aku jadi malu sendiri dan serasa bermimpi. Hari gini, di sini, kutemui salah seorang yang dalam pandanganku begitu mencintai Allah. Dan di hati kecilku aku bertanya, bagaimanakah keadaaan para sahabat di zaman Rosulullah, sahabat dan para salafus sholeh?? Bagaimana cara mereka mengekspresikan rasa cintanya kepada Allah?’’ adikku menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya dengan penuh kegalauan.
Sungguh, akupun hanya bisa termangu ketika mendengarkan cerita adikku tentang temannya yang ‘aneh’ itu. Dan aku menjadi penasaran dengan keanehan yang mungkin saja masih ada dalam dirinya.
‘’Trus, kerjaan ‘aneh’ apalagi yang dia lakuin selain itu dek?’’ tanyaku untuk mengetahui kebaikan tersembunyi apalagi yang bisa aku gali dan berharap bisa belajar banyak darinya. Adikku tersenyum misterius dan menggeleng gelengkan kepalanya perlahan.
‘’Kalau aku ceritain ke Mba, Mba pasti bilang aku sedang membual’’ jawab adikku sekenanya.
‘’Ya nggak lah, Insya Allah Mba percaya kok. Lagian kan gak ada untungnya juga buat kamu kalau kamu bohong’’ jawabku berusaha meyakinkannya.
‘’Pernah suatu hari, secara tidak sengaja dia menggunakan wireless internet connection yang tidak di password sama yang punya. Setelah selesai memakainya, dia baru tersadar, kalau itu sebenarnya adalah bukan haknya. Mba tau, apa yang kemudian dia lakukan?’’ Tanya adikku seraya menatapku dalam.
Aku hanya diam dan menggelengkan kepala.
‘’Dia berusaha mencari sang empunya wireless internet connection itu. Dia datangi rumahnya, dengan tujuan supaya sang pemilik menghalalkan internet connection yang telah dipakainya karena kekhilafannya.’’ papar adikku.
Aku hanya melongo mendengarkan penuturan adikku.
‘’Dan...apa dia ketemu dengan sang empunya’’ tanyaku penasaran.
’’Sayangnya tidak. Tetapi dia mendatangi rumah tersebut hingga tiga kali untuk menyempurnakan ikhtiarnya’’. Lanjut adikku lagi seraya menghela nafas.
’’Kok seperti kisah ayah Imam Hanafi yang minta dihalalkan sang empunya apel, karena telah memakan buah apelnya secara tidak sengaja ya dek?’’ komentarku spontan.
’’Benar. Aku juga memikirkan hal yang sama dengan yang Mba pikirkan. Itulah dia temanku itu. Dia begitu Hanif. Refleksi dari kesholehannya itu kadang-kadang membuat aku iri. Dan terkadang sesuatu yang unpredictable bagiku, tidak bisa kuduga. Aku benar-benar bersyukur kepada Allah yang telah mempertemukan aku dengan orang seperti dia, sehingga banyak yang telah aku pelajari dari dia. Cara dia beribadah dan menjaga diri dari sesuatu yang tidak halal baginya. Cara dia mejaga diri dan menjaga pandangan. Serta llisannya yang selalu menyebut nama Allah dalam setiap pembicaraannya, menunjukkan betapa dia begitu mencintai Rabbnya. Dia adalah sahabatku, saudaraku. Bagiku ia adalah sosok seorang pemuda sholeh yang tidak dikenal, ahli ibadah yang tersembunyi di ujung Jerman.’’ Adikku berkata syahdu dengan segenap perasaan sendu yang tidak kumengerti.
Setelah mendengar cerita adikku itu, lama aku merenung, mencoba memahami hikmah dan pelajaran yang Allah sampaikan kepadaku. Teringat akan salah satu artikel yang pernah aku baca di majalah Tarbawi edisi 133. Ketika Allah kagum pada seorang pengembala. Dengan apa? Bila tiba waktunya untuk sholat, di padang lapang itu, ia berdiri mengumandangkan adzan. Sendirian. Lalu sholat. Sendirian. ’’Sesungguhnya Tuhanmu kagum kepada seorang pengembala kambing’’. Begitu Rasulullah menjelaskan. Istimewa? Ini baru istimewa. Ya bahkan sangat istimewa. Seperti diriwayatkan Abu Dawud dan Nasa’i, setelah pengembala itu melakukan shalat, Allah SWT berfirman: ’’Lihatlah hamba-Ku ini, ia adzan, lalu mendirikan sholat. Ia takut kepada-Ku. Aku telah mengampuninya, dan aku masukkan ia ke surga.’’
Subhanallah. Di zaman yang penuh fitnah, masih ada pemuda-pemudayangtetap taat beribadah kepada Allah. Pada zaman ketika kebaikan dan keburukan menjadi begitu tak jelas maknanya. Pada tempat di mana segala kemaksiatan begitu bebas terbuka untuk dilakukan oleh siapa saja...bagiku...keberadaan mereka benar-benar luar biasa. Bak oase di gersangnya sahara. Menyejukkan.
Di penghujung senja, dalam sejuta kecamuk didadaku. Berbaur bangga, cemburu dan bahagia, kutitip do’a pada malaikat yang bertugas hari itu.
Semoga Allah selalu berikan kekuatan istiqomah kepadamu brother. Tetaplah menjadi lelaki subuh. Tetaplah kumandangkan adzan hingga getar cinta dalam syahdunya suaramu menggetarkan kerajaan langit dan segenap penduduknya. Tetaplah teguh dalam kesolehanmu. Dalam kesendirianmu. Tetaplah menjadi pemuda yang tidak dikenal oleh segenap penduduk bumi, tapi selalu menjadi pembicaraan di seluruh penjuru langit yang tinggi...karena kesholehanmu, karena kecintaamu kepada Allah SWT.
Selengkapnya...
Mencari Pasangan Hidup
Sumber : Group Facebook Keluarga Ukhuwah Islamiyah
Suatu hari, seorang guru dan seorang pemuda sedang duduk di bawah pohon di tengah lapangan rumput. Kemudian si pemuda bertanya ...
Guru ... saya ingin bertanya bagaimana cara menemukan pasangan hidup ? Bisakah membantu saya?
Guru diam sesaat kemudian menjawab ..." Itu pertanyaan yang gampang - gampang susah "
Pemuda itu di buat bingung oleh jawaban gurunya
" Begini ... coba kamu lihat ke depan, banyak sekali rumput disana ... coba kamu berjalan kesana
tapi jangan berjalan mundur, tetap berjalan lurus ke depan, ketika berjalan coba kamu temukan sehelai rumput yang paling indah kemudian berikan kepada saya .. tapi hanya sehelai rumput "
Pemuda itu berjalan menyusuri padang rumput yang luas. Dalam perjalanan itu dia menemukan sehelai rumput yang indah namun tidak di ambilnya .. karena dia berfikir akan menemukan yang lebih indah ... dan tanpa pemuda itu sadari, ia telah sampai di akhir padang rumput. Pada akhirnya dia mengambil sehelai rumput yang paling indah yang ada .. kemudian kembali ke Gurunya
Ini Guru" Saya tidak melihat ada yang spesial pada rumput yang ada di tanganmu "
Dalam perjalanan saya menyusuri padang rumput tadi, saya menemukan beberapa helai rumput yang indah, namun saya berfikir saya akan menemukan yang lebih indah dalam perjalanan saya. Tetapi tanpa saya sadari saya telah berada di akhir padang rumput dan kemudian saya mengambil sehelai rumput yang paling indah yang ada di akhir padang rumput itu karena Guru melarang saya untuk kembali.
Guru menjawab dengan tersenyum " Itulah yang terjadi di kehidupan nyata "
* Rumput andaikan orang - orang yang ada di sekitarmu
* Rumput yang indah bagaikan orang yang menarik perhatianmu
* Padang rumput bagaikan waktu
" Dalam mencari pasangan hidup, jangan selalu membandingkan dan berharap bahwa ada yang lebih baik. Karena dengan melakukan itu ... kamu telah membuang buang waktu ... dan ingat Waktu Tidak Pernah Kembali "
Selengkapnya...
MENGETAHUI APA YANG DISUKAI ISTRI (untukmu, calon suami)
Sumber : Group Facebook Keluarga Ukhuwah Islamiyah
Wahai para suami, Allah telah mengistimewakanmu dengan kemampuan mendahulukan rasio daripada emosi, agar kehidupan rumah tangga berjalan dengan baik dan seimbang. Jika engkau mengetahui apa yang disukai istri, engkau akan mudah bergaul dengannya secara seimbang, tidak berlebih-lebihan dan tidak berkekurangan. Ketahuilah mencegah itu lebih baik daripada mengobati.
Banyak lelaki yang memasuki jenjang pernikahan tanpa mengetahui cara bergaul dengan istrinya, makhluk yang lemah, lembut, dan sentimental. Karena itu, dia menyebabkan istrinya mengalami penderitaan mental, kekecewaan, ketidakseimbangan pemikiran, bahkan kebencian terhadap dirinya seumur hidup. Ini tak lain dikarenakan egoisme, kebodohan, atau kesombongannya sendiri.
Karena itu, dengan penuh rasa hormat, aku mengajakmu untuk berusaha keras membahagiakan dan mencermati hal-hal yang disukai istrimu, sehingga engkau mendapatkan kebahagiaan bagi dirimu dan istrimu. Semoga Allah membimbing kita. Aamiin..
1) Istri adalah makhluk yang sensitif dan lembut. Engkau harus memperlakukannya dengan lembut, penuh kasih, dan kehati-hatian agar tidak melukai perasaannya. Rasulullah shallallaah ‘alaihi wa sallam bersabda, “wahai suami, lembutlah terhadap istri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2) Istri suka dirayu, dipuji kecantikan, selera, pakaian, masakan dan pilihannya.
3) Istri senang berhias dan memiliki banyak pakaian. Suami yang pintar harus berskap seimbang dalam memenuhi hasrat istrinya ini dalam batas-batas yang diperkenankan akal, agama, dan kondisi keuangannya.
4) Istri telah mengeluarkan uang, tenaga, dan waktu untuk berhias. Jika engkau tidak menyadari, tidak menghargai, dan tidak menunjukkan ketakjuban pada usaha tersebut, engkau telah melakukan kesalahan besar.
5) Istri menyukai suami yang dermawan dan murah hati. Jadi jadilah engkau suami yang pemurah terhadap istrimu semampumu
6) Istri menyukai suami yang berkepribadian kuat, memiliki self confidence yang tinggi, dan mempunyai posisi yang terhormat di masyarakat.
7) Istri memberikan nilai penting pada acara-acara sosial dan hari-hari besar. Dia berharap engkau menghormati hasratnya ini dengan cara ikut berbahagia dalam acara-acara tersebut, berempati kepadanya, dan memberikan hadiah baginya.
8) Istri senang jika engkau memujinya, khususnya didepan orang lain, seperti keluargamu atau keluarganya.
9) Istri senang jika engkau pergi jauh engkau mengingatnya dengan cara menelepon atau mengirimkan sms mesra.
10) Istri senang mendapatkan perhatian istimewa ketika sedang sakit atau sedih
11) Istri senang jika engkau menggodanya seperti anak-anak, mencumbunya dengan mesra, seperti menggelitik, memeluk, atau mencium.
12) Istri senang jika engkau kuat dan perkasa pada saat berhubungan seks, tapi disertai kelembutan dan kasih sayang, melontarkan kata-kata yang mesra dan merangsang gairah seksualnya, dan menggunakan pelbagai gaya dalam memeluk dan berhubungan seks.
13) Istri senang bersikap malu-malu kucing jka diajak berhubungan seks untuk mengetahui sejauh mana engkau menginginkannya. Sebaiknya engkau memuaskan istrimu dalam hal ini.
14) Istri senang jika engkau membuatnya merasa bahwa dirinya penting dalam kehidupanmu, bahwa engkau tidak sanggup jauh darinya.
15) Istri senang jika engkau memperlihatkan rasa cemburu yang wajar dan menunjukkan kekhawatiran sekiranya dirinya terkena bahaya
16) Istri senang jika engkau membuatnya merasa bahwa engkau mempercayai akhlaq dan amanahnya.
17) Istri tidak senang jika engkau memuji kecantikan, pakaian, masakan, atau pilihan wanita lain, apapun alasannya.
18) Istri tidak senang jika engkau menyebutkan kelemahannya walaupun engkau bercanda, khususnya didepan orang lain.
19) Istri tidak senang jika engkau mengancamnya dengan perceraian. Ancaman seperti ini tidak efektif sama sekali. Bahkan, seringkali menambah rumit persoalan.
20) Istri tidak senang jika engkau membicarakan poligami, walaupun secara bercanda. Jadi, hindarilah pembicaraan ini semampumu.
21) Memandang wanita lain didepan istri, walaupun tanpa sengaja, dapat melukai harga diri dan perasaannya, membuatnya cemburu dan mencemaskan posisi dihatimu. Jauhi hal ini semampumu.
22) Istri dapat menanggung banyak kekurangnmu, tapi dia sanagt sensitf jika engkau mengkritiknya sedikit saja didepan orang lain, khususnya didepan keluarganya atau keluargamu.
23) Jika engkau memuji istrimu apabila dia melakukan yang baik sangat efektif dalam memompa memotivasinya untuk terus berusaha melakukan perbuatan tersebut.
24) Istri hampir mustahil dapat harmonis sepenuhnya dengan ibumu dan keluargamu secara umum. Jika engkau ingin merasa nyaman, engkau harus menyedikitkan persinggungan antara istrimu dengan keluargamu, berusaha memberikan hak kepada masing-masing pihak sewajarnya, dan tidak membuatnya tumpang tindih.
25) Jika engkau memberikan sesuatu pada keluargamu, sebaiknya engkau merahasiakannya dari istrimu, dan sebaliknya. Ini dapat mengurangi sikap saling mencemburui dan persinggungan dan pergesekan satu sama lain.
26) Pada saat haid, nifas, dan hamil, istri berada dalam kondisi laksana orang sakit. Hal ini dapat berpengaruh pada mentalitas dan perilakunya. Karena itu, engkau harus lebih bersikap lembut padanya pada periode tersebut.
27) Rumah adalah segala-galanya dalam kehidupan istri. Karena itu, berusahalah membantunya dengan cara memenuhi kebutuhan rumah tangga secepat mungkin.
28) Tanggalkan beban pekerjaan di pintu rumahmu sebagaimana engkau meninggalkan sepatu. Jangan buat istrimu ikut terbebani oleh masalah pekerjaanmu.
29) Usahakan agar pekerjaanmu tidak terlalu memalingkan perhatianmu terhadap istri dan keluargamu.
30) Jangan terlalu sering meninggalkan istri dirumah sendirian untuk jangka waktu lama tanpa kepentingan yang mendesak, khususnya jika engkau berdua belum dikaruniai anak yang dapat menyibukkan istrimu.
31) Usahakan menghibur istrimu dengan mengajaknya keluar rumah secara berkala sesuai dengan kondisi.
32) Jangan memaksakan pendapat, khususnya dalam urusan rumah tangga yang sepele. Jika engkau ingin menerapkan pendapatmu yang berseberangan dengan pendapat istrimu, berusahalah membuatnya menerima pendapatmu itu terlebih dulu.
33) Ucapkan ungkapan selamat tinggal dan bersalaman sebelum engkau keluar rumah, apalagi jika hal itu ditambah dengan kecupan ringan.
Selengkapnya...
MENGETAHUI APA YANG DISUKAI SUAMI (untukmu, calon istri)
Sumber Group Facebook Keluarga ukhuwah Islamiyah
Ketika engkau hendak membangun rumah tangga dengan pemuda yang kau pilih dan kau sukai, engkau harus memperhatikan bahwa pemuda itu memiliki potensi untuk berubah. Nah, cinta hanya bisa langgeng jika dipertahankan. Usaha untuk melanggengkan cinta ini adalah karakter tambahan dari kepatuhan terhadap suami. Sebab, bila istri shaliha adalah istri yang selalu memenuhi permintaan suami, maka istri yang mencintai suami adalah istri yang bersegera melakukan hal-hal yang menyenangkan suaminya sebelum diminta.
Kian teguh engkau menerapkan nasihat ini, kian kukuh kau genggam hati suamimu, dan kian dalam kebahagiaan yang kau rasakan.
1) Biarkan suamimu hidup sesuai dengan wataknya, melakukan apa yang dikehendakinya. Jangan buat dia merasa terikat dan terpasung
2) Suami tidak senang mendengar nasihat dari istri, sebab nasihat membuat pemberita berada pada posisi yang lebih tinggi daripada pendengarnya. Nasihat juga menampakkan aib yang sebenarnya ditutup-tutupinya suami dari istri. Nasihatilah secara tidak langsung. Misalnya menceritakan kekurangan suami dalam bentuk kisah fiktif, disertai pernyataan bahwa suamimulah yang terbaik, karena tidak memiliki aib dan kekurangan seperti yang kau ceritakan itu. Dapat dipastikan, suamimu pasti akan segera meninggalkan aib dan kekurangan tersebut.
3) Biasanya suami ingin menang sendiri dalam obrolan tentang apa saja. Celakalah istri yang ingin menang dari suaminya. Dialah yang akan merugi dan akan mendapat kesengsaraan. Jika engkau ingin bahagia dan ingin rumah tanggamu tentram, berusahalah tampil dihadapannya sebagai pihak yang kalah dan lemah. Biasanya suami justru menjadi lebih mencintaimu dan lebih berusaha membahagiakanmu.
4) Biasanya lelaki lebih kuat daripada wanita dikarenakan struktur fisik dan faham yang diterimanya turun-temurun selama berabad abad. Dia senang menunjukkan kejantanan dengan cara mendominasi istrinya, tidak mau istrinya melihat kelemahannya, dan melawan saat istri berusaha mengubahnya. Wanita yang pintar dan merindukan kebahagiaan dirinya dan keluarganya, pertama-tama harus pintar memilh suami. Setelah itu dia harus puas dengan anugerah yang diterimanya, berusaha beradaptasi dan hidup harmonis dengan suaminya, berusaha mengubah dirinya, dan bukannya mengubah watak suaminya. Jika dia bersikeras mengubah watak suami, dia sendiri yang akan sengsara dan menyengsarakan orang lain, tanpa mengubah apa pun pada diri suaminya. Jauh lebih baik jika dia menerima apa adanya dan beradaptasi. Jika tidak bisa, kerugian terkecil yang dideritanya hanyalah perceraian dalam waktu cepat.
5) Suami yang kasar, keras, zhalim, semena-mena dan berperangai buruk hanya bisa diubah dengan kelembutan dan kasih sayang. Jika dia tidak berubah menjadi lembut, penyayang dan penurut dengan cara tersebut, cara berikutnya adalah menampakkan kelemahan, airmata, dan ketidakmampuan melawan suami yang kasar, senang menonjolkan kekuatan, kekasaran, dan kewibawaannya, serta tidak tahu cara bergaul dengan wanita yang lembut dan penurut. Setelah itu biasanya suami yang kasar dan galak itu berubah menjadi anak kecil yang penurut dan selalu berusaha menyenangkan istri dengan berbagai cara. Minimal, ia akan berubah menjadi lebih baik.
6) Banyaknya kritikan, tuntutan, keengganan dan penolakan istri tanpa alasan yang kuat, hanya akan membuatnya ditinggalkan oleh suami.
7) Suami tidak suka terlibat terlalu jauh dalam urusan rumah tangga sehari-hari dan problem mengasuh anak-anak. Karena itu, sebaiknya istri menjauhkan suaminya dari problem mengasuh anak-anak sebisanya, dan tidak meminta bantuannya kecuali dalam kondisi terpaksa.
8) Kecemasan, keresahan, ketegangan, dan keraguan biasanya menyebabkan kegagalan kehidupan rumah tangga.
9) Pemilihan waktu yang tepat sangat penting dalam kehidupan rumah tangga. Jika suamimu sedang lelah atau marah, janganlah engkau mengajukan masalah kepadanya. Tundalah sampai kau dapati waktu yang lebih baik. Ini demi kebaikanmu sendiri.
10) Istri yang cerdas adalah istri yang membuat suami,I merasa dianggap penting dalam kehidupan sang istri, suami dianggapnya sebagai pribadi yang kuat, dan keberhasilannya dalam segala hal, selalu terlihat dan dibanggakan oleh sang istri.
11) Kebahagiaan lelaki Timur ada pada aktualisasi diri. Untuk hal ini, dia membutuhkan istri yang memuaskan egonya, tidak mau diingatkan akan kelemahannya, karena dia merasa dirinyalah orang yang paling mengetahui kelemahan itu, membutuhkan istri yang menguatkan rasa percaya dirinya dan memompa motivasinya, bukan istri yang menghancurkan harga dirinya lewat kritikan yang tiada habisnya.
12) Suami senang menerima cinta, penghormatan, kepatuahn, pujiaan, rayuan, dan ucapan terima kasih dari istrinya, bahkan senang diperlakukan laksana raja.
13) Kekompakan suami istri dalam hal kegemaran dan hobi, atau penghargaan terhadap hobi pasangan sangat membantu dalam mewujudkan kebahagiaan, memuaskan dahaga emosional masing-masing pasangan.
14) Salah satu penyebab kebahagiaan rumah tangga adalah kepuasan dan kerelaan terhadap level ekonomi keluarga. Hal ini tidak tergantung pada level ekonomi yang tinggi. Sebab, bisa jadi ada orang miskin yang puas dan rela dengan kondisi ekonominya dan ada orang kaya yang tidak pernah puas dan rela.
15) Jangan biarkan keluarga, tetangga, atau teman mencampuri urusan rumah tanggamu. Suami tidak senang kehidupan pribadinya diketahui orang lain dan menganggaap hal itu sebagai rahasia yang berkaitan dengan kehormatan dan kemuliaan dirinya. Saya kenal dengan seorang suami yang menceraikan istrinya karena sang istri memberitahu tetangga rahasia seksualnya, lalu sang tetangga itu memberitahu suaminya, lalu suami sang tetangga itu memberitahu kepada suami yang saya kenal, dan dia pun langsung pulang, menceraikan istrinya, dan menolak semua pembelaan orang agar dia rujuk kembali.
16) Bersikaplah penuh rahasia !! bagaimana pun suamimu menyangka telah memahami dan mengenal dirimu, buktikan bahwa masih banyak hal pada dirimu yang belum diketahuinya. Jadilah istri yang penuh rahasia didepan suamimu. Sebab, seorang laki-laki selalu berusaha menggali apa yang tidak diketahuinya. Sikap ini merupakan seni yang rumit dan tidak dikuasai mayoritas istri. Engkau bisa menguasainya lewat pengalaman. Pertimbangkan setiap langkah yang kau lakukan. Jaga kerahasiaan hubunganmu dengan suami. Buatlah suamimu merasa bahwa engkau selalu memiliki banyak rahasia.
17) Memberikan kejutan, kkhususnya kejutan yang lembut dan menyenangkan. Misalnya, makan malam romantis di bawah bias temaran sinar lilin untuk menghilangkan kejemuan akibat rutinitas. Betapa pun sederhana kejutan yang engkau berikan, hal ini akan sangat berpengaruh dalam relasimu dengan suami. Engkau harus selalu berusaha mengatasi kejenuhan. Sebab, suami bisa cepat merasa jenuh dan dia menginginkan engkau mengubah penampilanmu, susunan perabotan, dan detail hidupmu berdua secara kontinyu.
18) Terakhir, didalam buku Al Mar’ah Al Mitsaliyah fi ‘Ayun Ar Rijal (wanita idaman setiap lelaki) disebutkan beberapa sifat istri shalihah.
Diantaranya;
- Tidak lupa bahwa dia adalah perempuan
- Memiliki tuntutan yang logis
- Berpikiran maju, mahir berbicara
- Hanya mencintai suami
- Tidak menganggap harta sebagai bukti utama cinta
- Pandai mendengar kemauan suami
- Tidak rewel, bawel, tidak cerewet, dan tidak menentang suami
- Tidak mementingkan hal sepele dan memberi sebelum meminta
- Pandai bergaul dengan keluarga suami
- Dapat dipercaya, tulus, tidak penuh tipuan, tidak mengharap balasan bila berbuat sesuatu, dan tidak pura-pura lemah
- Tidak pelupa, tidak membuat-buat masalah
- Tidak cenderung berkuasa dan tidak sombong
- Puas dengan anugerah Allah padanya, tidak berlebihan dalam berhias dan megikuti mode.
Selengkapnya...
Pesonaku Mencelakaiku
Sumber : Group Facebook Keluarga Ukhuwah Islamiyah
Siapa si yang gak mau punya pesona ketampanan dan kecantikan??ahay..semua pasti suka. Berbagai macam kosmetik bahkan perawatan di jabanin biar keliatan cantik,yang laki-laki juga gak mau kalah,sekarang banyak salaon-salon yang menampung para laki-laki metropolitan sampai selempitan alias yang di desa hanya untuk make over wajah-wajah atau rambutnya (katanya) biar keliatan gaul dan keren..sekali lagi..katanya !!!
Salon-salon juga gak mau kalah promosi,alat-alat canggih pun dikeluarkan. Sampai-sampai para bidadari dunia ini terperdaya,jilbab mereka di lepas,rambut di gerai,rebonding,semir,sampai keriting aja di gantung. Ini semua hanya untuk menarik perhatian lawan jenis yang bukan halal baginya..kalo udah halal mah,malah wajib..justru ini malah kebalik. Waktu single,para wanita berlomba-lomba mempercantik diri demi menarik lawan jenis,yang di tarik juga gak mau menyia-nyiakan kesempatan..katanya si rejeki,masa di tolak..nonton aurat kok rejeki..Naudzubillah.
“Janganlah kalian mengawini wanita karna dia cantik,mungkin kecantikannya bisa mencelakakan” ( Hr. Ibnu Majjah )
Wah..kalo gini yang muka pas-pasan bisa laku keras nih. Banyak orang terhina karna ketampanan dan kecantikannya karna mereka memuja pesona wajah mereka. Tapi karna banyak memuja pesona wajah mereka banyak orang kecewa,karna kadang para suami stress ternyata kecantikan istrinya yang suka perawatan itu ini bukan hanya untuk dirinya,tapi djadiakn tontonan khalayak ramai..Masyaallah..bahkan perceraian terjadi ketika pesona itu memudar,tentunya pada nyari yang lebih muda donk!!!
Brader n sista..Diakui atau tidak,kita suka pujian baik dari sesama jenis ataupun yang lebih seneng dari lawan jenis. Virus kayak gini gak hanya menyangkut kaum hawa sekarang,tapi udah menyangkut kaum adam. Jadi gak heran kalo pada berlomba-lomba berpenampilan semenarik mungkin,kalo gak ada yang tertarik ,gak nutup tuh pada cari perhatian.Udah dandan sejam masa gak ada yang merhatiin. Cara seperti ini yang membuat dirinya celaka dunia akhirat.
Orang yang berpikiran bahwa pesona ketampanan dan kecantikan hanya lewat wajah,kulit dan tubuh hanya akan menimbulkan rasa minder. Tentu dampak yang paling buruk adalah kufur nikmat terhadap AllOh .Merasa AllOh gak adil karna gak memberikan dia wajah yang mempesona atau gak memberinya harta yang melimpah.. Astagfirullah..
Kenapa selalu mau jadi korban jaman?? Kalo yang model begini,apa brader masih mau buat di jadikan istri?? Yakinlah sobat, AllOh menciptakan kita sebaik-baiknya,hanya saja kita tak menyadarinya dengan kurangnya bersyukur,gak usah kecewa dengan apa yang AllOh berikan. AllOh selalu lebih tau tentang ciptaanNya.
Brader n sista..Dalam setiap kekurangan tentu ada kelebihanJangan tonjolkan kekurangan kita dengan “permak” sana sini. Justru anggaplah kekuranganmu adalah kelebihanmu,biasanya malah jadi lebih di kenal. janganlah pesona kita menjadi tujuan yang akhirnya mencelakakan kita dan membawa kita pada api neraka..Naudzubillah..udah boros-boros permak kanan kiri atas bawah malah akhirnya pesona ini yang menjerumuskan kita.
Memang..memang kita gak akan bisa lepas dalam perawatan tubuh,tapi jangan untuk menarik lawan jenis. Sisi manusia suka ngerasa gak aman kalo belum berhias diri,sampai-sampai gak mau keluar rumah kalo gak dandan,karna malu unutk bersosialisasi. Gak perlu lah sampai seheboh itu,kalo mau seheboh gitu pasti mahal. Tiap mau ke warung tetangga kudu dandan,boros deh. Gak segitunya kali..!!!
Eh tapi,setelah baca tulisan ini brader n sista malah gak mau merawat diri..hohoho.. bukan berarti merawat diri itu jadi dilarang. Mau kekampus gak mandi,takut jadi perhatian orang. Jilbab sebulan gak di ganti takut dilirik orang ( yang kayak gini malah jadi perhatian)..pastinya..aduhai..bau sekali. Jangan mau jadi muslim muslimah nyebelin,bau di bawa kesana kemari.
AllOh suka keindahan dan tentu suka kebersihan. Berhiaslah sewajarnya,jangan berlebih-lebihan,misal berlebihan bedak,berlebihan lipstik dan berlebihan kosmetik lainya. Banyaklah berhias dengan akhlak dan ilmu karna kosmetik bisa memudar sedangkan akhlak dan ilmu tak akan pernah memudar bahkan bisa kita turunkan pada keturunan kita. Subhanallah..pasti indah. Merasa berhias kita selain unutk pasangan kita ( yang udah halal tentunya) selalu di awasi AllOh,senantiasa menjaga Din-Nya.
Dengan kesucian jiwaku,kuperoleh derajat yang lebih tinggi..
Dengan ide,kepeloporan dan inisiatifku,kusempurnakan akhlakku,,
Keluhuran budi pekerti dan kecerdasanku sama sekali tak merugikan..
Rasa maluku tak menghalangiki tuk menggapai keagungan..
Sebaliknya,aku tak bisa menghindar dari hinaan orang jika ku melepas kehormatanku dengan keindahan dunia..(Aisyah At Timuriyah)
Jadikanlah Pesonamu sebagai Keindahan Dunia Akhirat.
Wallahu’alam bi Showwab
Selengkapnya...