Sejak dini, aku hidup sebagai pemabuk, tersesat dan ahli maksiat. Menzalimi manusia, merampas harta orang lain, makan riba dan bahkan menggebuki orang adalah pekerjaan harianku. Tak ada hari dalam hidupku tanpa berbuat zalim terhadap manusia. Nyaris semua bentuk maksiat pernah aku lakukan.. Bahkan terkadang orang-orang yang tinggal di sekitarku ngeri mendegar namaku…
Aku ingin menikah
Pada suatu hari, aku sangat ingin menikah karena merindukan punya anak yang akan menghibur kehidupanku yang amat keras itu. Lalu, aku menikahi seorang gadis di kotaku (Baghdad)dan setelah hampir setahun istrikupun melahirkan seorang bayi wanita yang amat mungil lagi cantik. Bayi itu ku beri nama“Fatimah”.
Entah bagaimana, aku amat mencintai Fatimah, bahkan melebihi orang lain di sekitarku. Semakin Fatimah tumbuh dengan sehat, imanku semakin tumbuh pula dalam hatiku dan maksiat semakin berkurang dalam kehidupanku. Suatu hari, saat aku memegang gelas yang isinya khamar (minuman yang memabukkan), Fatimah melihatnya. Ia mencoba mendekatiku dan menghalangi akau meminum khamar tersebut. Aku tidak tahu kenapa Fatimah bisa melakukan hal itu. Pasti, Allah lah yang membuat Fatimah bisa berbuat seperti itu…
Fatimah semakin besar. Imankupun semakin bertambah dalam hatiku… Setiap aku mendekatkan diri pada Allah satu langkah, maka seperti itu pula aku menjauh dari maksiat. Kondisi seperti itu terus berlanjut sampai Fatimah berusia tiga tahun. Saat memasuki usia tiga tahun, tanpa sebab sakit sedikitpun, Fatimah meninggal dunia….
Kembali mejadi ahli maksiat
Sungguh tak masuk akal… peristiwa “kematian Fatimah” membuatku putus asa dan aku berbalik menjadi preman, lebih sadis dan kejam dari sebelum aku menikah…Aku kehilangan kesabaran yang seharusnya dimiliki oleh orang beriman saat menghadapi ujian. Aku gagal total dalam menghadapi ujian itu…
Kali ini, hidupku kembali sebagai ahli maksiat dan kezaliman. Bahkan lebih dahsyat dari sewaktu aku masih muda. Akhirnya, setan benar-benar berhasil mempermainkan kehidupanku. Sampai pada suatu saat, setan berkata padaku : "Hari ini, hari yang paling bahagia bagi kamu. Kamu silahkan mabuk semabuk-mabukknya yang belum pernah terjadi sepanjang hidupmu…"
Mimpi hari kiamat
Akupun bertekad untuk mabuk dan minum khamar sebanyak-banyaknya. Sepanjang malam itu kerjaku hanya minum dan minum khamar… Saat aku teler dan kemudian ketiduran, tiba-tiba aku bermimpi. Dalam mimpiku, aku sedang menghadapi sebuah peristiwa besar, yakni kiamat. Matahari tidak lagi memberikan cahayanya ke bumi. Laut berubah menjadi api raksasa.. Di bumi terjadi gempa yang amat dahsyat.. Semua manusia berkumpul di padang mahsyar..Manusia sangat banyak dan hilir mudik bergelombang-gelombang. Aku adalah salah satu di antara mereka.
Tiba-tiba, aku mendengar suara orang yang memanggil Fulan bin Fulan.. "Ayo segera menghadap yang Maha Perkasa"…Saat itu aku melihat ada orang yang hitam pekat wajahnya karena sangat ketakutan.. Tak lama kemudian, aku mendengar suara memanggil namaku sambil berkata :" Ayo, segera kamu menghadap kepada yang Maha Perkasa"… Tiba-tiba saja semua manusia sangat banyak itu menghilang dari sekelilingku… Tinggal aku sendiri di tengah padang mahsyar yang amat luas itu.
Saat aku melihat ke suatu arah, tiba-tiba aku melihat ULAR yang sangat besar dan garang sedang menuju ke arah tempat aku berdiri sambil membuka mulutnya lebar-lebar..Aku lari dan berlari menjauh dari kejaran ular tersebut karena sangat takut, sampailah aku meihat seorang KAKEK yang sudah sangat lemah.. Lalu aku berkata : "Bapak! Tolonglah aku dan selamatkan aku dari ular itu!" Sang kakek berkata : "Wahai anakku, aku sendiri sangat lemah dan tidak berdaya sama sekali.. Cobalah anda lari ke suatu tempat di sana semoga ada yang bisa membantumu".. Akupun berlari ke arah yang ditunjukkan kakek tersebut dan ular tersebut di belakangku, sedang di hadapanku ada nyala api yang sangat panas..
Saat itu aku berkata dalam diriku, kamu lari dari kejaran ular atau masuk ke dalam api besar itu? Namun aku tetap berlari sedang ular itu semakin menghampiriku.. Aku coba balik lagi ke arah tempat seorang kakek yang menyarankan aku ke suatu tempat itu. Setelah melihatnya, aku berteriak memanggilnya kembali sambil berkata kepadanya: "Demi Allah, tolonglah selamatkan aku! Engkau berkewajiban menyelamatkanku"… Kakek itu pun menangis karena sedih melihat kondisiku sambil berkata : "Aku ini sudah sangat lemah, tidak mampu berbuat apa-apa, seperti yang kamu lihat sendiri. Cobalah lari ke arah bukit sana, semoga kamu selamat.."
Akupun berlari sekencang-kencangnya ke arah bukit yang diisyaratkan kakek tersebut…Sedangkan ular besar itu semakin mendekatiku. Setelah mendekati bukit tersebut, aku mendengar riuh suara anak-anak sedang beteriak memanggil anak-ku Fatimah sambil berkata : "Fatimah! Selamatkan ayahmu! Selamatkan segera ayahmu!"
Tiba-tiba saja Fatimah muncul di hadapanku. Seketika itu pula ketakutanku hilang dan rasa bahagia masuk ke dalam dadaku karena bertemu anakku yang meninggal saat berusia tiga tahun. Aku sangat bahagia karena bertemu anakku dan menyelamatkanku dari kondisi sulit seperti itu.. Lalu Fatimah memelukku dengan tangan kanannya sambil mengusir ular besar itu dengan tangan kirinya. Aku seperti mayat (orang yang sudah mati) tak berdaya karena ketakutan…
Setelah ular itu pergi, Fatimah tiba-tiba duduk di atas pangkuanku persis seperti saat dia masih hidup dulu.. Lalu Fatimah berkata :" Wahai ayahanda tercinta! Sudah saatnya orang-orang beriman itu hati mereka khusyuk mengingat Allah.. (QS. Al-Hadid / 57 : 16)".
Setelah mendengarkan ucapan Fatimah, aku bertanya padanya : "Wahai anakku, apakah gerangan ULAR BESAR itu? Lalu Fatimah menjawabnya: Itulah AMAL KEJAHATANMU. Dengan kejahatan dan kezaliman, berarti ayahanda sendiri yang membesarkannya dan nyaris ia memakan ayah..Tidakkah engkau tahu wahai ayahku bahwa semua amal yang dilakukan di dunia akan muncul dalam bentuk makhluk tertentu pada hari kiamat nanti? LAKI-LAKI yang LEMAH itu, menggambarkan AMAL SHOLEH ayah yang tak seberapa.. Engkau sendiri yang melemahkan dan mengerdilkannya sehingga ia menangis melihat kondisimu dan tak mampu berbuat apa-apa padamu."
Kemudian anakku meneruskan ucapannya : "Kalaulah bukan engkau sebagai orang tuaku dan kalaulah bukan aku meninggal saat masih suci (anak-anak), tidak ada lagi yang bermanfaat bagimu…."
Tobat dan kembali ke pangkuan Allah
Tiba-tiba aku terbangun sambil berteriak…"Saatnya ya Allah… Sekarang saatnya aku tobat yaa Robb…Benar, kapan saatnya bagi orang beriman untuk khusyuk hatinya mengingat Allah? Aku berjanji ya Allah…Sekarang juga saatnya…"
Setelah fikiranku agak tenang aku mandi. Saat itu persis waktu subuh. Setelah mandi, aku keluar rumah menuju masjid dekat rumahku dengan semangat bertobat dan kembali kepada pangkuan Allah. Saat aku masuk ke masjid, aku mendengar imam sedang membaca ayat persis seperti yang dibaca anakku dalam mimpi :
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Tidakkah sudah tiba saatnya bagi orang-orang beriman untuk khusyuk hati mereka mengingat Allah dan terhadap apa yang yang turun dari kebenaran (Al-Qur’an). Dan janganlah mereka seperti orang-orang ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) sebelumnya, maka lama masanya (mereka durhaka pada Allah), lalu hati mereka jadi keras dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Al-Hadid/57 :16)
Itulah cerita Malik Bin Dinar sebagaimana yang Beliau ceritakan sendiri. Seorang ulama besar zaman tabi’in (generasi setelah sahabat) yang sebelumnya adalah preman besar. Beliau terkenal dengan kebiiasaannya menangis sepanjang malam sambil berdoa :
Ilahi… Engkau saja yang tahu siapa yang akan menjadi penghuni syurga dan siapa pula yang akan menjadi penghuni neraka.. Yang manakah aku yaa Robb?
Yaa Allah! Jadikanlah aku penduduk syurga dan jangan jadikan aku penghuni nerakamu!
Itulah Malik Bin Dinar. Setelah taubat, beliau belajar Islam dengan sungguh-sungguh sampai menjadi ulama besar di zamannya. Beliau terkenal setiap hari berdiri di pintu masjid sambil berseru :
Wahai hamba yang melakukan maksiat dan dosa, kembalilah kepada Tuhannmu!
Wahai hamba yang masih lalai, kembalilah kepada Tuhanmu!
Wahai hamba yang lari dari Robb (Tuhan Penciptanya), kembalilah kepada-Nya!
Tuhanmu memanggilmu malam dan siang sambil berkata padamu :
Siapa yang datang dan mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal, maka aku akan mendekat padanya satu hasta…
Siapa yang mendekatkan diri pada-Ku satu hasta, maka aku akan mendekat kepadanya satu depa…
Siapa yang datang padaku sambil berjalan, maka Aku akan datang padanya sambil berlari…
Semoga Allah melunakkan hati kita untuk taubat dan segera kembali kepada-Nya… Amin..
Selengkapnya...
Senin, 22 November 2010
TAUBATNYA SEORANG PREMAN (Kisah Nyata Ulama Besar di Baghdad)
Minggu, 21 November 2010
Jadi Ikhwan jangan cengeng
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Dikasih amanah pura-pura batuk..
Nyebutin satu persatu kerjaan biar dikira sibuk..
Afwan ane sakit.. Afwan PR ane numpuk..
Afwan ane banyak kerjaan, kalo nggak selesai bisa dituntut..
Afwan ane ngurus anu ngurus itu jadinya suntuk..
Terus dakwah gimana? digebuk?
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Dikit-dikit dengerin lagunya edcoustic..
udah gitu yang nantikanku di batas waktu, bikin nyelekit..
Ke-GR-an tuh kalo ente melilit..
Kesehariannya malah jadi genit..
Jauh dari kaca jadi hal yang sulit..
Hati-hati kalo ditolak, bisa sakiiiittt..
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Dikit-dikit SMSan sama akhwat pake Paketan SMS biar murah..
Rencana awal cuma kirim Tausyiah..
Lama-lama nanya kabar ruhiyah.. sampe kabar orang rumah..
Terselip mikir rencana walimah?
Tapi nggak berani karena terlalu wah!
Akhirnya hubungan tanpa status aja dah!
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Abis nonton film palestina semangat membara..
Eh pas disuruh jadi mentor pergi entah kemana..
Semangat jadi penontonnya luar biasa..
Tapi nggak siap jadi pemainnya.. yang diartikan sama dengan hidup sengsara..
Enak ya bisa milih-milih yang enaknya aja..
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Ngumpet-ngumpet buat pacaran..
Ketemuan di mol yang banyak taman..
Emang sih nggak pegangan tangan..
Cuma lirik-lirikkan dan makan bakso berduaan..
Oh romantisnya, dunia pun heran..
Kalo ketemu Murabbi atau binaan..
Mau taruh di mana tuh muka yang jerawatan?
Oh malunya sama Murabbi atau binaan?
Sama Allah? Nggak kepikiran..
Yang penting nyes nyes romantis semriwing asoy-asoy-yaannn. .
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Disuruh infaq cengar-cengir. .
Buat beli tabloid bola nggak pake mikir..
Dibilang kikir marah-marah dah tuh bibir..
Suruh tenang dan berdzikir..
Malah tangan yang ketar-ketir. .
Leher saudaranya mau dipelintir!
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Semangat dakwah ternyata bukan untuk amanah..
Malah nyari Aminah..
Aminah dapet, terus Walimah..
Dakwah pun hilang di hutan antah berantah..
Dakwah yang dulu kemanakah?
Dakwah kawin lari.. lari sama Aminah..
Duh duh… Amanah Aminah..
Dakwah.. dakwah..
Kalah sama Aminah..
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Buka facebook liatin foto akhwat..
Dicari yang mengkilat..
Kalo udah dapet ya tinggal sikat..
Jurus maut Ikhwan padahal gak jago silat..
“Assalammu’alaykum Ukhti, salam ukhuwah.. udah kuliah? Suka coklat?”
Disambut baik sama ukhti, mulai berpikir untuk traktir Es Krim Coklat ..
Akhwatnya terpikat..
Mau juga ditraktir secara cepat..
Asik, akhirnya bisa juga ikhtilat…
yaudah.. langsung TEMBAK CEPAT!
Akhwatnya mau-mau tapi malu bikin penat..
badan goyang-goyang kayak ulat..
Ikhwannya nyamperin dengan kata-kata yang memikat..
Kasusnya sih kebanyakan yang ‘gulat’..
Zina pun menjadi hal yang nikmat..
Udah pasti dapet laknat..
Duh.. maksiat.. maksiat…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Ilmu nggak seberapa hebat..
Udah mengatai Ustadz..
Nyadar diri woi lu tuh lulusan pesantren kilat..
Baca qur’an tajwid masih perlu banyak ralat..
Lho kok udah berani nuduh ustadz..
Semoga tuh otaknya dikasih sehat..
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Status facebook tiap menit ganti..
Isinya tentang isi hati..
Buka-bukaan ngincer si wati..
Nunjukkin diri kalau lagi patah hati..
Minta komen buat dikuatin biar gak mati bunuh diri..
Duh duh.. status kok bikin ruhiyah mati..
Dikemanakan materi yang ustadz sampaikan tadi?
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Ngeliat ikhwan-ikhwan yang lain deket banget sama akhwat mau ikutan..
Hidup jadi kayak sendirian di tengah hutan rambutan..
Mau ikutan tapi udah tau kayak gitu nggak boleh.. tau dari pengajian..
Kepala cenat-cenut kebingungan. .
Oh kasihan.. Mendingan cacingan..
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Ngeliat pendakwah akhlaknya kayak preman..
Makin bingung nyari teladan..
Teladannya bukan lagi idaman..
Hidup jadi abu-abu kayak mendungnya awan..
Mau jadi putih nggak kuat nahan..
Ah biarlah kutumpahkan semua dengan cacian makian..
Akhirnya aku ikut-ikutan jadi preman..
Teladan pun sekarang ini susah ditemukan..
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Diajakain dauroh alasannya segudang..
Semangat cuma pas diajak ke warung padang..
Atau maen game bola sampe begadang..
Mata tidur pas ada lantunan tilawah yang mengundang..
Tapi mata kebuka lebar waktu nyicipin lauk rendang..
Duh.. berdendang.. .
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Bangga disebut ikhwan.. hati jadi wah..
Tapi jarang banget yang namanya tilawah..
Yang ada sering baca komik naruto di depan sawah..
Hidup sekarang jadinya agak mewah..
Hidup mewah emang sah..
Tapi.. kesederhanaan yang dulu berakhir sudah?
Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Dulunya di dakwah banyak amanah..
Sekarang katanya berhenti sejenak untuk menyiapkan langkah..
Tapi entah kenapa berdiamnya jadi hilang arah..
Akhirnya timbul perasaan sudah pernah berdakwah..
Merasa lebih senior dan lebih mengerti tentang dakwah..
Anak baru dipandang dengan mata sebelah..
Akhirnya diam dalam singgasana kenangan dakwah..
Dari situ bilang.. Dadaaahhh.. Saya dulu lebih berat dalam dakwah..
Lanjutin perjuangan saya yah…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Nggak punya duit jadinya nggak dateng Liqo..
Nggak ada motor yaa halaqoh boro-boro..
Murabbi ikhlas dibikin melongo..
Binaan nggak ada satupun yang ngasih info..
Ngeliat binaan malah pada nonton tv liat presenter homo..
Adapula yang tidur sambil meluk bantal guling bentuk si komo..
Oh noo…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Akhi… banyak sekali sebenarnya masalah Ikhwan..
Dimanapun harokahnya.. .
Akhi.. Di saat engkau tak mengambil bagian dari dakwah ini..
Maka akan makin banyak Ikhwan lain yang selalu menangis di saat mereka mengendarai motor.. Ia berani menangis karena wajahnya tertutup helm… Ia menangis karena tak kuat menahan beban amanah dakwah..
Akhi.. Di saat engkau kecewa oleh orang yang dulunya engkau percaya.. Ikhwan-ikhwan lain sebenarnya lebih kecewa dari mu.. mereka menahan dua kekecewaan.. kecewa karena orang yang mereka percaya.. dan kecewa karena tidak diperhatikan lagi olehmu.. tapi mereka tetap bertahan.. menahan dua kekecewaan.. . karena mereka sadar.. kekecewaan adalah hal yang manusiawi.. tapi dakwah harus selalu terukir dalam hati..
Akhi.. disaat engkau menjauh dari amanah.. dengan berbagai alasan.. sebenarnya, banyak ikhwan di luar sana yang alasannya lebih kuat dan masuk akal berkali-kali lipat dari mu.. tapi mereka sadar akan tujuan hidup.. mereka memang punya alasan.. tapi mereka tidak beralasan dalam jalan dakwah.. untuk Allah.. demi Allah.. mereka.. di saat lelah yang sangat.. masih menyempatkan diri untuk bangun dari tidurnya untuk tahajjud.. bukan untuk meminta sesuatu.. tapi mereka menangis.. curhat ke Allah.. berharap Allah meringankan amanah mereka.. mengisi perut mereka yang sering kosong karena uang habis untuk membiayai dakwah…
Akhi.. Sungguh.. dakwah ini jalan yang berat.. jalan yang terjal.. Rasul berdakwah hingga giginya patah.. dilempari batu.. dilempari kotoran.. diteror.. ancaman pembunuhan.. … dakwah ini berat akhi.. dakwah ini bukan sebatas teori.. tapi pengalaman dan pengamalan.. . tak ada kata-kata ‘Jadilah..!’ maka hal itu akan terjadi.. yang ada ‘jadilah!’ lalu kau bergerak untuk menjadikannya. . maka hal itu akan terjadi.. itulah dakwah… ilmu yang kau jadikan ia menjadi…
Akhi.. jika saudaramu selalu menangis tiap hari..
Bolehkah mereka meminta sedikit bantuanmu..? meminjam bahumu..? berkumpul dan berjuang bersama-sama. ..?
Agar mereka dapat menyimpan beberapa butir tangisnya.. untuk berterima kasih padamu..
Juga untuk tangis haru saat mereka bermunajat kepada Allah dalam sepertiga malamnya..
“Yaa Allah.. Terimakasih sudah memberi saudara seperjuangan kepadaku.. demi tegaknya Perintah dan laranganMu.. . Kuatkanlah ikatan kami…”
“Yaa Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam da’wah kepada-Mu, berpadu dalam membela syariat-Mu.”
“Yaa Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar.”
“Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu.”
“Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong. Yaa Allah, kabulkanlah. Yaa Allah, dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, Muhammad SAW, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka.”
Aamiin Allahumma aamiin.
Dialah Lelaki Sejati
Saudaraku, seperti apa sih lelaki sejati itu? Apakah yang kuat dan tegas? Ataukah lemah lembut dan penuh kasih sayang? Apa mungkin juga kombinasi dari keduanya?
Secuil tulisan ini tidaklah cukup untuk melukiskan sosok besar seorang sahabat mulia yang "kehadirannya" serta "kebergabungannya" dalam barisan dakwah tak pernah terlintas secuil pun pada para sahabat yang lain, dialah Umar “Al-Faruq” Radiyallahanhu.
Tahukah kalian, Rasul SAW pernah berdoa kepada Allah untuk menguatkan Islam dengan salah satu dari dua orang : Abu Jahal atau Umar bin Khatab. Dengan ijin Allah, Umarlah yang terpilih. Dibalik sifatnya yang kasar dan keras, hidupnya yang tenggelam dalam kejahiliahan, perasaan bencinya dan niatannya yang ingin membunuh Nabi, ALLAH memilih Umar dan menunjukan hati Umar ketika ayat Qur’an dibacakan.
Tahukah kalian, Rosul SAW pernah menjelaskan bahwa “Allah meletakan kebenaran di lidah dan hati Umar”. Dia adalah sahabat nabi yang keras dan tegas terhadap orang kafir dan kemungkaran, namun lembut hati kepada orang-orang yang beriman. Karenanya ia dijuluki “Al-Faruq”, yang tegas membedakan yang hak dan yang batil. Syaitan pun menyingkir, tidak berani berada di jalan yang akan dilalui Umar.
Tahukah kalian, dibalik keperkasaan seorang Umar, terdapat dua garis hitam di wajahnya karena banyak menangis. Umar yang kuat kerap menangis saat membaca Qur’an, Umar merasa lemah dihadapan Robbnya. Seorang Umar juga luluh hatinya dan menangis karena rengekan anak kecil yang lapar. Bahkan, Umar yang pemberani ini lemas mendengar wafatnya Rasul SAW dan gemetar ketika sahabat Abu Bakar RA mengingatkannya tentang kedudukan Nabi.
Tahukan kalian, dibalik kebernanian Umar di medan perang menghadapi musuh-musuh Allah SWT dan Rasul-Nya, ia adalah sosok seorang suami penyabar. Umar memilih diam saat Istrinya mencereweti dan mengomeli karena suatu perkara. Sahabat yang dijamin masuk Surga Allah itu berlapang hati dan ridha karena melihat jasa-jasa istrinya yang begitu besar melahirkan anak-anaknya dan mengurus Umar dan anak-anak tanpa kenal lelah.
Tahukah kalian, Rosul SAW pernah berkata, “Jikalau ada nabi yang akan datang setelah aku, orang itu adalah Umar“. Namun, Umar tidak pernah merasa mulia, dengan segala kerendahan hatinya ketika ia akan dibai’at Abu Bakar sebagai Kholifah pertama pengganti Nabi, ia berkata, “Andai leherku terjulur di bawah pedang, lantas pedang itu menebasnya sampai putus di jalan Allah adalah lebih baik daripada aku memerintah umat Islam, yang didalamnya ada Abu Bakar”.
Semoga Allah meridhoi para sahabat nabi semuanya.
Dan semoga, Allah Azza wa Jalla akan "menghadirkan" kembali Umar-Umar di zaman ini.
Selengkapnya...
Mangkuk yang Cantik, Madu dan Sehelai Rambut
Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan 'Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Sayidatina Fathimah r.ha. putri Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).
Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut".
Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
'Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yangtak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Selengkapnya...
Sang Ibu
Malam itu, malam tahun baru 1431 hijriah. Aku diundang untuk mengisi muhasabah di masjid Al-Ittihad Tebet Jakarta Selatan bersama seorang penyair terkemuka Bapak Taufik Ismail. Ini untuk yang kedua kalinya aku bersama Pak Taufik setelah sebelumnya aku bersama beliau diundang untuk acara muhasabah 60 tahun Bakrie di Rasuna Said. Seperti biasanya Pak Taufik membacakan puisinya. Di antara puisi yang beliau bacakan ada satu puisi tentang ibu.
Aku tidak ingat secara harfiah isi puisi tersebut, tetapi aku terkesan dengan kedalaman isinya dalam menggambarkan betapa tak terhingga kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Karenanya banyak para penyair menulis puisi tentang ibu. Di antara juga yang pernah saya baca D. Zawawi Imran. Aku masih ingat sebagian ungkapan yang ditulis Pak Zawawi. Di antaranya: ”Seandainya aku ikut ujian, dan aku ditanya tentang pahlawan, akan ku jawab ibuku.”
Benar, ibu adalah pahlawan. Tidak ada seorang pun yang paling berjasa kepada kemanusiaan melebihi jasa seorang ibu. Karenanya dalam Al-Qur’an Allah swt. tidak segan menceritakan perih dan lelah seorang ibu saat hamil dan menyusui. Dalam surah Luqman:14, Allah berfirman: ”Dan Kami perintahkan kepada manusia supaya (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Perhatikan ayat ini, dibuka dengan perintah agar berbuat baik kepada ibu bapaknya, setelah itu Allah menceritakan secara khusus tentang capeknya seorang ibu ketika mengandung anaknya. Sementara capeknya ayah tidak diceritakan. Silahkan cari dalam Al-Qur’an maupun hadits kalau pernah disebut mengenai capeknya seorang ayah. Sungguh hanya sang ibu yang banyak disebut. Bahkan dalam sebuah hadits yang sangat terkenal, Rasulullah saw. ketika ditanya: ”Kepada siapa aku harus berbuat baik? Beliau tidak segan menjawab tiga kali berturut-turut agar itu dilakukan kepada ibu, lalu kepada bapak.”
Namun sayang, banyak anak begitu mudah melupakan jasa besar sang ibu. Kalau pun berbuat baik cenderung perbuatan itu semata basa-basi, datang setahun sekali menemuinya di hari raya. Basa-basi mencium tangannya dan lain sebagainya, sementara pesan-pesannya yang baik tidak dipatuhi. Banyak para ibu yang merindukan anaknya agar mentaati Allah swt. Namun banyak anak yang justeru membalas kebaikan ibunya dengan berbuat maksiat kepada-Nya. Sungguh ini suatu kedurhakaan.
Tidak ada artinya kebaikan seorang anak kepada ibunya secara material, sementara ia selalu berbuat maksiat kepada Allah. Karenanya banyak para ulama mengatakan: ”Pengabdian seorang anak yang paling baik bagi orang tuanya adalah menjadikan dirinya sebagai anak yang saleh.” Inilah rahasia hadits Rasulullah saw. yang berbunyi: ”Waladun shaalihun yad’u lahuu (anak yang shaleh yang selalu mendoakan untuk orang taunya).” Perhatiakan kata shalih dalam teks hadits tersebut. Ini untuk menegaskan bahwa hanya anak yang shalih yang benar-benar akan memberikan kebahagiaan bagi orang tuanya: bahagia secara material maupun secara spiritual. Sementara anak durhaka tidak akan pernah memberikan kebahagiaan hakiki bagi orang tuanya.
Tidak sedikit cerita masa lalu mengenai kebaikan seorang anak kepada ibunya. Di antaranya; disebutkan bahwa salah seorang anak yang shaleh pernah menggendong ibunya dari negeri kelahirannya –kalau tidak salah Yaman- ke kota Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Bayangkan betapa jauh perjalanan menuju kota Mekah. Dan betapa besar tenaga yang harus dikeluarkan untuk kebahagiaan sang ibu. Di manakah kini kita bisa menemukan pribadi seorang anak seperti ini?
Dalam kisah yang lain lagi disebutkan seorang anak yang shalih sedang menemani ibunya makan. Namun anak ini belum mau mengambil makanan sampai ibunya selesai. Ketika ditanya mengapa berbuat demikian? Ia menjawab: aku takut mengambil makanan yang ternyata itu disukai ibuku. Subhanallah sebuah contoh kejujuran cinta kepada sang ibu sangat nampak dalam kisah tersebut.
Di akhir tulisan ini izinkan aku menulis puisi untuk ibuku:
Ibu, bila semua orang berkata langit itu sangat tinggi
Sungguh masih lebih tinggi cintamu kepadaku
Bila semua orang berkata lautan itu sangat dalam
Sungguh masih lebih dalam kasihmu kepadaku
Bila semua orang berkata bukit itu sangat kokoh
Sungguh masih lebih kokoh perhatianmu kepadaku
Tak sanggup kata melukiskan kebaikanmu
Tak sampai nyawa membalas budi baikmu
Kecuali keshalihanku
Agar sungai keringat jerih payahmu menjadi amal jariah.
Allahu a’lam bish shawab
Selengkapnya...
Ibu, Mengapa Ibu Menangis?
Suatu ketika, ada seorang anak lelaki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu,mengapa ibu menangis ?”. Ibunya menjawab, “Sebab aku wanita.” Saya tidak mengerti,” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tidak akan mengerti……”
Kemudian, anak itu bertanya kepada ayahnya. “Ayah,mengapa ibu menangis ?”
Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan.”
Hanya itu jawapan yang dapat diberikan oleh ayahnya. Lama kemudian, si anak itu menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan mendapat petunjuk daripada Allah mengapa wanita mudah sekali menangis. Saat Allah menciptakan wanita, Dia membuat menjadi sangat penting. Allah ciptakan bahunya,agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya. Walaupun, bahu itu cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur.
Allah berikan wanita kekuatan untuk melahirkan zuriat dari rahimnya. Dan sering kali pula menerima cerca daripada anaknya sendiri……Allah berikan ketabahan yang membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah di saat semua orang berputus asa.
Wanita, Allah berikan kesabaran, untuk merawat keluarganya walau letih,sakit, lelah dan tanpa berkeluh-kesah. Allah berikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya, dalam situasi apa pun. Biarpun anak-anaknya kerap melukai perasaan dan hatinya.
Perasaan ini memberikan kehangatan kepada anak-anaknya yang ingin tidur. Sentuhan lembutnya memberi keselesaan dan ketenangan. Dia berikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa kegentiran dan menjadi pelindung baginya. Bukankah tulang rusuk suami yang melindungi setiap hati dan jantung wanita ?
Allah kurniakan kepadanya kebijaksanaan untuk membolehkan wanita menilai tentang peranan kepada suaminya. Seringkali pula kebijaksanaan itu menguji kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap saling melengkapi dan menyayangi.
Dan akhirnya, Allah berikannya airmata agar dapat mencurahkan perasaannya…
Inilah yang khusus Allah berikan kepada wanita, agar dapat digunakan di mana ia inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, airmata!
” Ini airmata kehidupan.”
Selengkapnya...
Kisah Monyet
Suatu ketika ada seorang penjual topi yang berjalan melintasi hutan. Cuaca saat itu sangat panas. Ia lalu memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon besar. Sebelum merebahkan diri, ia meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Beberapa jam ia terlelap dan terbangun oleh suara-suara ribut. Hal pertama yang disadarinya adalah bahwa semua topi dagangannya telah hilang. Kemudian ia mendengar suara monyet-monyet di atas pohon. Ia mendongak ke atas. Betapa terkejutnya ia melihat pohon itu penuh dengan monyet. Dan, semua monyet itu mengenakan topi-topinya.
Penjual topi itu terduduk dan berpikir keras bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kembali topi-topi dagangannya yang sekarang sedang dibuat main-main oleh monyet-monyet itu. Ia berpikir dan berpikir, dan mulai menggaruk-garukkan kepalanya. Lalu ia melihat monyet-monyet itu ternyata menirukan tingkah lakunya. Kemudian, ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya. Dan monyet-monyet itu pun melakukan hal yang sama. Aha..! Ia pun mendapat ide..! Lalu ia membuang topinya ke tanah, dan monyet-monyet itu juga membuang topi-topi di tangan mereka ke tanah. Segera saja si penjual itu mengumpulkan dan mendapatkan kembali semua topi-topinya.
Ia pun melanjutkan perjalanannya. Lima puluh tahun kemudian, cucu dari si penjual topi itu juga menjadi seorang penjual topi juga dan telah mendengar cerita tentang monyet-monyet itu dari kakeknya.
Suatu hari, persis seperti kakeknya, ia melintasi hutan yang sama. Udara sangat panas. Ia beristirahat di bawah pohon yang sama dan meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan disampingnya. Sekali lagi, ketika terbangun ia menyadari kalau monyet-monyet telah mengambil semua topi-topinya. Ia pun teringat akan cerita kakeknya. Ia mulai menggaruk-garuk kepala, dan monyet-monyet itu menirukannya. Ia melepas topinya dan mengipasngipaskan ke wajahnya, monyet-monyet itu masih menirukannya. Nah, sekarang ia merasa yakin akan ide kakeknya.
Kemudian ia melempar topinya ke tanah. Tapi kali ini ia yang terkejut, karena monyet-monyet itu tidak menirukannya dan tetap memegangi topi itu erat-erat. Kemudian, seekor monyet turun dari pohon, mengambil topi yang dilemparkan oleh cucu pedagang topi itu, lalu menepuk bahunya sambil berkata, "Memangnya cuma kamu yang punya kakek...?"
Editor: Smiley...! Jangan hanya karena anda mampu mengambil pelajaran dari suatu pengalaman buruk, lalu anda menganggap orang lain tidak mengambil pelajaran yang sama juga. Jangan hanya karena anda merasa lebih tahu, lalu anda menganggap orang lain bodoh. Jangan-jangan andalah yang lebih bodoh
daripada orang lain. :)
Selengkapnya...
Izinkan Aku Menciummu, Ibu
Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan
pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan
tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya
setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku ‘dipaksa’
membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan
adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak
mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah
dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya
sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain.
Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang
diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku
selalu bersungut-sungut.
Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia
melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi
seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang
tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa
kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku
menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang
dibanggakan oleh anak-anakku.
Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman
Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam
kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat
dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana.
Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah,
dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau
hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang
penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.
Kini, setelah aku besar, aku malah sering
meninggalkannya, bermain bersama teman-teman,
bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia
sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat
tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku
meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.
Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu
berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang
kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku
yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja
mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar
orang tak menyangka aku sedang bersamanya.
Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu
memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak
pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia
sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang
bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga
perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja
bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan
penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang
mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku
terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku
erat-erat saat aku menangis.
Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di
perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda
dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan
seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak
berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga
kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku
dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan
segala tuntutan keperluan kampus lainnya.
Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang
kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti
apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu
meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang
berpendidikan, tapi do’a di setiap sujudnya,
pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah
kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku
yang sekarang.
Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju
pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati,
memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat
kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih
indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah,
ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya.
Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali
memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke
dunia ini.
Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku,
aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai
kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh
dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh
kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku
mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman
uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding
kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu
Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.
Selengkapnya...
ati-hati berbicara dan menulis kata-kata
Hati-hati berbicara dan menulis kata-kata….ALLAH kuasa membalasnya seketika itu juga
Kisah 1 : Lelaki Keledai
Kisah ini terjadi di Universitas 'Ain Syams, fakultas pertanian di Mesir. Sebuah kisah yang amat masyhur dan diekspos oleh berbagai media massa setempat dan sudah menjadi buah bibir orang-orang di sana.
Pada tahun 50-an masehi, di sebuah halaman salah satu fakultas Mesir, berdiri seorang mahasiswa sembari memegang jamnya dan membelalakkan mata ke arahnya, lalu berteriak lantang, "Jika memang Allah ada, maka silahkan Dia mencabut nyawa saya satu jam dari sekarang!."
Ini merupakan kejadian yang langka dan disaksikan oleh mayoritas mahasiswa dan dosen di kampus tersebut. Menit demi menit pun berjalan dengan cepat hingga tibalah menit keenampuluh alias satu jam dari ucapan sang mahasiswa tersebut. Mengetahui belum ada gejala apa-apa dari ucapannya, sang mahasiswa ini berkacak pinggang, penuh dengan kesombongan sembari berkata kepada rekan-rekannya, "Bagaimana pendapat kalian, bukankah jika memang Allah ada, sudah pasti Dia mencabut nyawa saya?."
Para mahasiswapun pulang ke rumah masing-masing. Diantara mereka ada yang tergoda bisikan syaithan sehingga beranggapan, "Sesunguhnya Allah hanya menundanya karena hikmah-Nya di balik itu." Akan tetapi ada pula diantara mereka yang menggeleng-gelengkan kepala dan mengejeknya.
Sementara si mahasiswa yang lancang tadi, pulang ke rumahnya dengan penuh keceriaan, berjalan dengan angkuh seakan dia telah membuktikan dengan dalil 'aqly yang belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya bahwa Allah benar tidak ada dan bahwa manusia diciptakan secara serampangan; tidak mengenal Rabb, tidak ada hari kebangkitan dan hari Hisab. Dia masuk rumah, dan rupanya sang ibu sudah menyiapkan makan siang untuknya sedangkan sang ayah sudah menunggu sembari duduk di hadapan hidangan. Karenanya, sang anak ini bergegas sebentar ke 'Wastapel' di dapur. Dia berdiri di situ sembari mencuci muka dan tangannya, kemudian mengelapnya dengan tissue. Tatkala sedang dalam kondisi demikian, tiba-tiba dia terjatuh dan tersungkur di situ, lalu tidak bergerak-gerak lagi untuk selama-lamanya.
Yah…dia benar-benar sudah tidak bernyawa lagi. Ternyata, dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa sebab kematiannya hanyalah karena ada air yang masuk ke telinganya!!.
Mengenai hal ini, Dr.'Abdur Razzaq Nawfal -rahimahullah- berkata, "Allah hanya menghendaki dia mati seperti keledai!."
Sebagaimana diketahui berdasarkan penelitian ilmiah bahwa bila air masuk ke telinga keledai atau kuda, maka seketika ia akan mati ?!!!.
(Sumber: Majalah "al-Majallah", volume bulan Shafar 1423 H sebagai yang dinukil oleh Ibrahim bin 'Abdullah al-Hâzimiy dalam bukunya "Nihâyah azh-Zhâlimîn", Seri ke-9, h.73-74)
Kisah 2 : Wanita sengsara.
Ketika Allah mengabulkan permintaan 'vila'nya di neraka.
Kisah ini ditulis oleh redaksi majalah Al-Manar, Mesir. Ia mengisahkan, "Musim panas merupakan ujian yang cukup berat, terutama bagi seorang muslimah. Ia dituntut untuk tetap mempertahankan pakaian kesopannanya. Gerah dan panas tak lantas menjadikan mereka menggadaikan etika. Berbeda dengan musim dingin, dengan jilbab, kehangatan badan bisa terjaga. Jilbab memang memiliki manfaat multi fungsi.
Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari kairo ke Alexandria, di sebuah mikrobus, ada seorang gadis muda yang berpakaian kurang layak untuk di deskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang kesopanan.
Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja, cara berpakaiannya mengundang "perhatian" orang didalam mikrobus tersebut.
Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa cara berpakaiannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tidak baik bagi dirinya sendiri. Di samping mengingatkan bahwa cara berpakaian seperti itu melanggar aturan syar'i. Orang tua tersebut berbicara agak hati-hati dan pelan-pelan, sebagaimana layaknya seorang bapak berbicara kepada anaknya.
Tapi apa respon perempuan muda tersebut ? rupanya dia tersinggung lalu ia mengekspresikan kemarahannya dengan berkata, "Jika memang bapak mau, ini ponsel saya, tolong pesankan saya tempat di neraka tuhan anda !"Orang tua tersebut hanya bisa beristighfar sembari mengelus dadanya; kasihan nian gadis itu, semoga Allah memberinya hidayah.
Detik-detik berikutnya suasana begitu senyap, penumpang mikrobus mulai terlelap dalam kantuk.
Hingga sampailah perjalanan di ujung tujuan. Kini para penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi terhalangi oleh perempuan muda itu yang masih terlihat tidur.
"Bangunkan saja !" teriak seorang penumpang.
"Iya bangunkan saja" teriak penumpang lainnya.
Tapi perempuan muda tersebut tetap bungkam. Salah seorang penumpang lain mencoba mendekati si perempuan muda tersebut dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah.
Namun Astaghfirullahal 'Azhim ! Apakah yang terjadi ? ternyata perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi, ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan NERAKA.
Kontan seisi Mikrobus berucap Istghifar sembari menggeleng-gelengkan kepala. Sebuah akhir kehidupan yang menakutkan; mati dalam keadaan menantang ALLAH. Apakah Allah langsung memenuhi permintaan 'vila'nya untuk tinggal di neraka sana ????
Selengkapnya...
Sudahkah Tersenyum?
”Tersenyum ketika bertemu dengan saudara kalian adalah termasuk ibadah”. (Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi)
Sudahkah kita tersenyum hari ini?
Sudahkah kita menyebarkan senyum kepada setiap saudara kita, senyum yang penuh kasih dan sayang, senyum yang penuh dengan keikhlasan tanpa diembeli oleh keinginan dipuji. Seperti hadist diatas, bahwasanya tersenyum ketika kita bertemu dengan saudara kita termasuk ibadah, namun sudahkah itu kita lakukan?
Bukan senyum penuh arti ketika seorang laki-laki kepada perempuan...kalau itu sih ceritanya akan lain, tetapi senyum yang dilandasi kecintaan kepada Allah, senyum yang akan menyejukkan sahabat dan saudara kita yang mungkin sedang ditimpa kesusahan. Ingat bukan menertawakan lho..masa orang lagi ketiban susah kok ditertawakan, itu sih ceritanya lain lagi...tapi senyum yang akan membuat sedikit masalah saudara kita terbantu, dan sedikitnya akan membuat ceria kembali.
Ingat lho menurut penelitian bahwa senyum itu merupakan obat mujarab untuk meredakan kecemasan, lho bisa??? ya bisa lha...apa sih yang tidak bisa di dunia ini...Ya karena senyum itu akan membuat wajah akan semakin menarik, kita lihat betapa selebritis akan terlihat begitu mengagumkan ketika tersenyum, atau bagi yang sudah menikah ketika baru pulang kerja lantas dalam keadaan capek berat ternyata ketika melihat sang istri tersenyum...subhanallah rasa lelah itu seakan hilang karena melihat istri dan anak-anak di rumah meyambut kedatangan suami dengan senyum penuh keikhlasan...hehehe...jadi kepengen...
Selain itu juga ternyata senyum itu juga bisa membuat orang menjadi rileks, saya ingat ketika menghadapi sidang skripsi betapa tegangnya kala itu ditambah teman-teman juga teramat sangat tegang kelihatannya. Tapi segera saja saya redam dengan senyum penuh harap kepada Allah agar diberi kemudahan dan Alhamdulillah saya bisa rileks dan tenang...bahkan teman-teman yang lain banyak yang aneh dan bertanya.."kok tenang amat kaya yang gak akan sidang aja.." ya saya jawab ikhlaskan saja dan senyumlah..karena itu akan menurunkan kadar hormon stress.
Dan yang terpenting, adalah senyum itu juga akan menyebarkan kegembiraan kepada orang-orang disekitar kita. Hal ini karena dengan tersenyum akan melepaskan senyawa endorphin sehingga membuat orang-orang di sekitar kita bahagia, selain itu senyum adalah facelift alamiah yang sangat efektif. Kalau tidak percaya, coba sahabat semua memakai muka murung dihadapan saudara-saudara kita pasti mereka akan ikut murung...
Jadi, apa ruginya sih kalau kita tersenyum sedikit kepada saudara kita...tho tidak harus bayar, malah akan membuat saudara, sahabat dan orang-orang terdekat kita akan ikut bahagia...nah kalau sudah begitu kan itu namanya ibadah karena sudah membahagiakan orang lain...ingat juga lho sedekah yang paling ringan adalah senyum. Wallahu'alam.
Selengkapnya...
Islam, I'm in Love
Huhuy! Kesannya gimanaa gitu. Bukan sulap bukan sihir, dan ini juga bukan judul film tandingan Eiffel, I'm in Love . Ini sekadar judul yang moga saja ‘efek'-nya bisa lebih dalem lagi tentang perasaan cinta kita kepada Islam. Tul nggak seh? Moga juga bikin kamu tambah kesengsem kepada Islam. Karena apa? Karena jatuh cinta sama Islam bikin segalanya tampak indah. Bener lho, kagak bo'ong! Sobat muda muslim, banyak jalan untuk jatuh cinta. Banyak ragam cara kita menemu-kan cinta. Itu sebabnya, nggak usah heran bila akhirnya banyak pula yang langsung lengket-masket kepada apa yang dia cintai. Jatuh hati setengah mati.
Nah, ngomong-ngomong soal Islam, ternyata banyak manusia yang tergoda dan akhirnya tulus mencintai agama Allah yang risalahnya dibawa Muhammad saw. ini. Abisnya, pesona Islam bikin hidup lebih hidup sih. Jadi, siapa pula yang tega menelantarkannya? Kayaknya itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang nggak kenal sama Islam dan satu lagi, yang membenci Islam. Setuju? Kudu! (maksa banget neh!)
Tipe yang manakah kamu? Kayaknya masih mending deh kalo sekadar belum kenal sama Islam. Itu bisa kita upayakan untuk mengenal-nya lebih dekat, lebih dalem, dan lebih intim. Kata pepatah, “tak kenal maka ta'aruf” Hehehe.. bener dong. Kalo nggak kenal ya, kita kenalan. Biar tambah kenal. Terus, ujungnya kita bisa sayang tuh. Betul?
Sobat muda muslim, bagaimana rasanya orang yang sedang dirundung rasa suka? Wuih, kayaknya kamu udah paham banget di level ini mah. Bawaannya seneng mulu kan? Bikin kita enak tidur dan enak makan kan? Bisa juga kita bangga memilikinya kan? Bahkan sangat boleh jadi kita bakalan rela berkorban demi cinta kita kepada yang sedang kita cintai. Nggak cuma rela ngorbanin perasaan, tapi ikhlas dan ridho kalo harus mengorbankan nyawa yang cuma satu-satunya ini. Bener lho.
Islam, agama yang sudah malang-melintang selama lebih dari 14 abad ini banyak yang mencintainya, meski kudu diakui bahwa banyak juga yang membencinya. Kenapa? Karena kehadirannya bagi yang memiliki akal sehat dan nalar yang cerdas, Islam adalah sebuah kenikmatan luar biasa. Tapi bagi mereka yang akalnya turun ke jempol kaki, dan nalarnya jongkok, ditambah hawa nafsu yang menjadi panglimanya, maka Islam layak untuk dibenci. Jadi, ini bergantung sudut pandang dan tentunya keimanan saja. Memang benar, bahwa kita harus menilai sesuatu itu secara objektif. Sebab kalo berat sebelah, itu namanya subjektif. Nggak cocok jadi wasit neh. Hehe..
Buktinya? Jangan heran kalo kecintaan kita yang berlebih kepada seseorang, akan menggelapkan penilaian kita kepadanya. Kalo cinta udah terpatri di dada, kita bisa dikalahkan oleh cinta. Celakanya, kalo pun doi berbuat salah, rasanya nggak pantes untuk dikasih masukan berupa saran dan kritik. Celaka ‘kali dikau, bah!
Sebaliknya juga sama, kalo kita udah benci sama seseorang, rasanya orang tersebut pasti salah aja di mata kita. Meski adakalanya dia memiliki kebenaran. Nah, jangan sampe kita seperti itu.
Tapi Bro, cinta kita kepada Islam, ini persoalan yang lain daripada yang lain. Karena apa? Karena Islam adalah agama yang dijamin kebenarannya oleh Allah. Agama ini diemban risalahnya oleh Nabi Muhammad saw. Jelas, Islam berasal dari sumber yang nggak mungkin lagi salah. Itu sebabnya, kecintaan kita kepada Islam, bukan lagi menggelapkan mata istilahnya, tapi mencerahkan hidup kita. Ujungnya, kita akan taat kepada seluruh ajaran Islam dan bahkan kita ingin menyampaikan kebenaran Islam ini kepada siapa pun dengan segala kemampuan yang kita miliki. Tentunya, ini sebagai bukti kecintaan kita kepada Islam, Rasulullah saw., dan juga Allah Swt. Begitu sobat.
Bukan cinta biasa
Sobat muda muslim, Salman al-Farisi demi cintanya kepada kebenaran. Ia rela mencari agama yang sanggup mencerahkan pikiran dan mengobati kegundahan jiwanya. From Persia With Love . Yup, boleh dibilang Salman al-Farisi begitu. Sebab, dengan cinta di dada untuk mencari kebenaran, beliau rela jauh-jauh dari Persia berkelana sampe terdampar di Madinah. Bertemu Rasul dan masuk Islam. Kecintaannya kepada Islam mengalahkan kepercayaannya sebagai kaum penyembah api. Yes, Salman meninggalkan agama Majusi (Zoroaster).
Dikau tahu Mush'ab bin ‘Umair? Duh, sahabat Rasulullah saw. yang satu ini ridho ninggalin istana megahnya demi cintanya kepada Islam. Rela mencampakkan pakaian indah dan gelimang harta. Islam, mampu me-nenggelamkan segala kenikmatan dunia lainnya.
Mush'ab bin ‘Umair adalah orang pertama yang diutus Rasulullah saw. untuk membacakan al-Quran, mengajarkan Islam, dan memberi pemahaman agama kepada masya-rakat Madinah. Mush'ab mene-mani 12 orang laki-laki Madinah setelah Bai'at ‘Aqabah pertama.
Alhamdulillah, Islam kemudian tersebar cepat di Madinah, hingga membuat Rasulullah saw. gembira dan memikirkan untuk hijrah ke sana sekaligus menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Subhanallah , begitulah jika cinta sudah terpatri kuat di hati. Islam memang layak kita cintai, kita bela, dan kita perjuangkan. Drama ke-hidupan bersama Islam yang di-mainkan para sa-habat Rasulullah saw. dalam membela Allah, Rasul-Nya, dan tentunya juga Islam sungguh sangat mengagumkan. Suatu ketika Zaid bin Datsinah bersama lima sahabat lainya diutus Rasulullah menemani sekelompok kecil kabilah untuk mengajarkan Islam ke kabilah yang bertetangga dengan Bani Hudzail tersebut. Waktu itu, negara Islam sudah berdiri. Kejadiannya pasca Perang Uhud.
Sayangnya, enam utusan Rasulullah saw. itu dikhianati. Tiga di antaranya syahid. Tiga lagi menjadi tawanan dan dijadikan budak untuk dijual (termasuk Zaid bin Datsinah). Waktu itu, Zaid hendak dibeli oleh Shafwan bin Umayyah, untuk kemudian dibunuh sebagai balasan atas kematian ayahnya, Umayyah bin Khalaf, yang tewas di tangan kaum Muslimin saat Perang Badar. Bales dendam nih ceritanya.
Zaid ditanya oleh Abu Sufyan: “Hai Zaid, aku telah mengadukanmu kepada Allah. Sekarang, apakah engkau senang Muhammad berada di tangan kami menggantikan tem-patmu, lalu engkau memenggal lehernya dan engkau kembali kepada keluargamu?”
“Demi Allah!” jawab Zaid lantang, “Aku tidak rela Muhammad menempati suatu tempat yang akan dihantam jerat yang menyiksanya, sementara aku duduk-duduk dengan keluargaku.”
Abu Sufyan terkesan banget tuh dengan kata-kata Zaid. Bibirnya menyungingkan senyuman sinis sambil bilang, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang mencintai sahabatnya seperti kecintaan sahabat-sahabat Muham-mad,” kata Abu Sufyan geram di tengah kekagumannya. Kemudian, Zaid pun dibunuh. Subhanallah , ini memang bukan cinta biasa.
Membela dan memperjuangkan Islam, sebagai bentuk kecintaan kepada agama Allah ini, membuat Khubaib, temannya Zaid yang juga diutus Rasulullah dalam misi tersebut, rela melepaskan nyawanya. Sebelum syahid, beliau memandang musuh-musuh Allah dengan marah sambil meneriakkan doa, “Ya Allah, sesung-guhnya telah sampai kepada kami risalah Rasul-Mu, maka besok sampaikan kepadanya apa yang membuat kami demikian. Ya Allah, hitunglah (bilangan) mereka (dan lemparkan mereka) berkali-kali, bunuhlah mereka dengan sekali lumat, dan janganlah Engkau biarkan mereka hidup seorang pun dari mereka!” Mendengar teriakan Khubaib, mereka menjadi gemetar. Dengung suara itu seolah merobek-robek nyawa mereka. Kemudian, Khubaib pun dibunuh.
Ini baru sahabat Rasulullah saw. bagai-mana dengan Rasulullah saw.? Ini salah satu kisahnya. Simak ye.
Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa yang diceritakan Ummul Mukminin Aisyah ra? Beliau menceritakan sepotong kisah bersama Rasulullah saw. ( Tafsir Ibnu Katsir, I: 1441 ): “Pada suatu malam, ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah ber-sentuhan dengan kulitku, dia ber-kata, “Ya, Aisyah, izinkan aku ber-ibadah kepada Rabbku.” Aku ber-kata, “Aku sesung-guhnya senang me-rapat denganmu, tetapi aku senang meli-hatmu beribadah kepada Rabbmu.”Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya, ketika dia berbaring, air matanya mengalir lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. menangis,”Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?” tanya Bilal. “Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.” Demi cintanya kepada Allah, dan juga agama ini, Rasulullah saw. sanggup menge-sampingkan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Subhanallah . Sekali lagi, ini bukan cinta biasa!
Kenali, sayangi!
Kalo udah kenal, rasa sayang itu dengan sendirinya akan muncul. Bahkan rasa sayang itu bisa diterjemahkan kebih dalem lagi, yakni dengan pembelaan dan perjuangan. Hebat sekali bukan?
Gimana caranya kenal sama Islam? Seperti halnya Rasulullah saw. mengutus Mush'ab bin ‘Umair untuk mengajarkan Islam, maka satu-satunya cara mengenal Islam adalah dengan mempelajarinya. Jadi, ngaji.
Suer, dengan belajar kita jadi tahu segalanya. Waktu kita SD, kita nggak tahu huruf abjad, nggak bisa nyebutin angka 1 sampe 10, juga nggak mengenal bagaimana indahnya bersahabat. Itu semua karena kita mau belajar.
Sobat muda muslim, banyak orang tertarik dengan Islam, ketika mereka mengetahuinya. Tentunya, me-reka jadi kenal Islam setelah belajar. Salah satunya Prof. G. Margoliouth dalam De Karacht van den Islam yang menuliskan, “Pe-nyelidikan telah menun-jukkan, bahwa yang dike-tahui oleh sarjana-sarjana Eropa tentang falsafah, astronomi, ilmu pasti, dan ilmu pengeta-huan semacam itu, selama beberapa abad sebelum Renaissance , secara garis besar datang dari buku-buku Latin yang berasal dari bahasa Arab, dan Quran-lah yang, walaupun tidak secara langsung, memberikan dorongan pertama untuk studi-studi itu di antara orang-orang Arab dan kawan-kawan mereka”
Sejarawan Barat, W. Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam nggak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah. Jadi, intinya memang dengan belajar untuk bisa mengenali Islam. Ujungnya, kita jadi sayang. Jangan kalah dengan rasa cinta kita kepada lawan jenis aja. Kalo udah seneng sama seseorang yang kinclong di kelas, pengennya deket, biar bisa tahu rahasia hatinya. Berbagai cara dilakukan untuk PDKT.
Tujuannya? Untuk bisa tahu seberapa pantas ia jadi calon kita, dan yang penting, seberapa besar ia mencintai kita. Jangan-jangan kitanya aja yang kegeeran, padahal mah doi nggak cinta seujung rambut pun kepada kita. Kalo gitu, langsung deh nyanyi Pupus -nya Dewa. Kasihan deh lo! Sobat muda muslim, kita kudu yakin lho kalo mencintai Islam pasti ada untungnya juga. Kita jadi lebih lega, lebih tenang, dan lebih nyaman dalam menjalani hidup ini. Islam memberikan segalanya buat kita. Kenikmatan di dunia dan juga di akhirat. Dijamin nggak bakalan bertepuk sebelah tangan deh kalo kita mencintai Islam, Rasul-Nya, dan juga Allah Swt. Insya Allah sukses dunia akhirat. Yakin itu.
Setiap kita melakukan perintah yang wajib maupun sunnah, juga memutuskan untuk tidak melakukan perbuatan haram, insya Allah ada ganjarannya. Inilah okenya Islam. Mulai sekarang, tancapkan niat untuk belajar mengenal Islam. Sabda Rasulullah saw.: “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.” (HR Bukhari)
Nah, kalo udah tahu, kan kita bisa sayang sama Islam tuh. Kayaknya pantes deh kalo kita tulis besar-besar di depan meja belajar kita: “Islam, I'm in Love”
Selengkapnya...
BILA IBU BOLEH MEMILIH
Anakku,
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka ibu akan memilih mengandungmu...
Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan bulan nak,,,, engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena
ibu kecewa dan berurai air mata...
Anakku,...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit ,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah... saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu
Anakku,...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah, atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan
Anakku,
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu
Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan ....
Jika dengan pilihan ibu , engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak ...
Maafkan ibu....
Maafkan ibu ...
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita , agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang
Percayalah nak ....
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak ...
Engkau adalah selalu menjadu belahan nyawa ibu,,,,
Dikutip dari
Puisi Hati Ratih Sanggarwati
Untuk anakku tercinta,
dan 5 bulan lagi penantianku untuk melihatmu di dunia
Selengkapnya...
Pesona Cinta dan Syair Cinta Yang Membuatku Jatuh Cinta
CINTA…
Itulah kata yang memiliki sejuta pesona
Itulah pesona yang memiliki sejuta makna
Sahabatku…
Cobalah kau pandangi langit tinggi tanpa tiang
Apakah belum kau temukan pesona cinta disana?
SUBHANALLAH…
Itulah syair cinta yang pantas kita ucapkan
Saat diri kita menikmati KeagunganNYA
Sahabatku…
Cobalah rasakan nikmat yang IA berikan pada kita
Apakah itu juga membuatmu tak menemukan pesona cinta?
ALHAMDULILLAH…
Ini adalah syair cintaNYA
Saat diri kita bersyukur atas nikmat-nikmatNYA
Sahabatku…
Coba kau tenggok masalah, yang IA berikan pada kita
Yang semata-mata karena bukti cintaNYA pada kita
Lalu apakah kau belum menemukan pesona cinta disana
INNALILLAHI…
Itulah syair cinta yang pantas kau dengungkan
Agar masalah yang menimpamu kembali padaNYA
Sahabatku…
Apa kau lupa saat memandang gunung yang begitu gagah
Dan itulah pesonaNYA yang sangat megah
Sehingga tak ada yang dapat menandingi kemegahan pesonaNYA
Sahabatku…
Apa kau tak dengarkan suara adzan ketika berkumandang
Itu adalah syairNYA yang sangat indah
Sehingga tak ada yang dapat menandingi keindahan syairNYA
Sahabatku…
Begitu banyak aku memandang
Begitu banyak pula aku menemukan pesonaNYA
Pesona cinta yang tak terlukis
Hanya dengan sebuah rangkaian tulisan
Sahabatku…
Begitu banyak aku membaca
Begitu banyak pula aku menemukan syairNYA
Syair cinta yang tak terurai
Hanya dengan sebuah ucapan biasa
Karena dalam penciptaan langit
Dan bumi beserta isinya
Bagi kita yang senantiasa bertafakur dan bertadabur
Akan menemukan…
Pesona Cinta dan Syair Cinta Yang Membuat kita Jatuh Cinta
Selengkapnya...
(Halawatul Iman/Manisnya Iman) "Kisah Seorang Kakak dan Adik"
Sebuah Kisah untuk kita renungkan dan jadikan motivasi.
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku.
Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya. “Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”
Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal
memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!” Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik… hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku. ” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.”
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimimu uang.” Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) .
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana! “Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?” Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga
Selengkapnya...
Ketika Rasulullah Tersenyum
Saat menikahkan putri bungsunya, Sayyidah Fatimah Az Zahrah, dengan sahabat Ali bin Abi Thalib, Baginda Nabi Muhammad SAW tersenyum lebar. Itu merupakan peristiwa yang penuh kebahagiaan.
Hal serupa juga diperlihatkan Rasulullah SAW pada peristiwa Fathu Makkah, pembebasan Makkah, karena hari itu merupakan hari kemenangan besar bagi kaum muslimin.
“Hari itu adalah hari yang penuh dengan senyum panjang yang terukir dari bibir Rasulullah SAW serta bibir seluruh kaum muslimin” tulis Ibnu Hisyam dalam kita As Sirah Nabawiyyah.
Saat menikahkan putri bungsunya, Sayyidah Fatimah Az Zahrah, dengan sahabat Ali bin Abi Thalib, Baginda Nabi Muhammad SAW tersenyum lebar. Itu merupakan peristiwa yang penuh kebahagiaan.
Hal serupa juga diperlihatkan Rasulullah SAW pada peristiwa Fathu Makkah, pembebasan Makkah, karena hari itu merupakan hari kemenangan besar bagi kaum muslimin.
“Hari itu adalah hari yang penuh dengan senyum panjang yang terukir dari bibir Rasulullah SAW serta bibir seluruh kaum muslimin” tulis Ibnu Hisyam dalam kita As Sirah Nabawiyyah.
Selengkapnya...
Lebih Baik... "Sok Alim" dari pada "Sok Kafir" !!!
Suatu kali sekelompok sahabat sedang berkumpul untuk makan bersama. Menu yang dihidangkan adalah beberapa masakan dari daging onta beserta minum berupa susu onta. Tak lama kemudian datanglah seorang sahabat yang lain yaitu Abdullah bin Salam seraya berkata : “Daging onta dan susunya dalam agama kami dilarang” Mendengar pernyataan tersebut terperanjatkan para sahabat yang lain, “Bukankah Abdullah bin Salam sudah masuk Islam ??!!”
Singkat cerita, kemudian Baginda Rasulullah SAW datang dan para sahabat menanyakan ttg kejadian tersebut. Beliau bersabda, ”Al-Qur’an dan Taurat sama-sama kitab samawi”, dengan pernyataan Rasulullah tsb kemudian Allah mengkoreksi dengan turunnya ayat berikut:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Qs. 2:208)
Saudaraku,
Kalaulah kita sempat merenungi ayat ini, sepertinya ada beberapa ibroh yang bisa ambil :
1. Seruan untuk masuk Islam secara total
Islam ibarat sebuah bangunan yang indah. Untuk menikmatinya tidak cukup hanya melihatnya dari luar, kita perlu membuka pintunya kemudian masuk untuk menikmati seluruh kamar, dan segala interior didalamnya.
Islam harus kita pahami bukan hanya sebagai agama, tapi dia adalah satu ideologi, suatu tuntunan hidup (way of life) yang sangat sempurna. Apapun yang kita lakukan, setiap desahan nafas kita harus kita usahakan dengan maksimal agar sesuai dengan Islam. Islam itu tinggi, dan tidak ada lagi yang lebih tinggi darinya. Islam adalah agama yang sempurna, dan tidak ada lagi yang lebih sempurna darinya.
….. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi dien-mu….. (Al-Maaidah :3)
Saya sering bercerita pada adik-adik saya, bahwa seperti halnya sebuah motor, tidak ada yang lebih tahu bagaimana cara merawatnya, apakah spesifikasi spare partnya, dan bagaimana menjalankannya, selain pabrik pembuatnya.
Begitu pula dengan kita, Allah adalah pencipta kita, Dialah yang Maha mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita, berapa rizki yang sesuai dengan kita, siapa jodoh kita, bagaimana hidup kita. Dia yang paling tahu, bukan kita. Dan seperti halnya sebuah motor yang pasti punya sebuah buku panduan, Allah juga telah menyediakan panduan itu yaitu Islam.
Allah tidak akan bisa menerima Islam dicampur-campur dengan keyakinan lain
Sahabat Umar bin Khatab pernah membawa-bawa kitab Taurat, saat Rasulullah melihatkan beliau berkata dengan keras , “Ya Umar, seandaikan Musa masih hidup , niscaya dia juga akan mengikuti risalahku.!”
Betapa sering kita lihat realitas didepan kita, saat Islam menguntungkan atau tidak merugikan maka saat itu pula dia ambil Islam, tapi saat dirasa berat saat itu juga dia mengambil yang lain.
2. Hanya orang beriman yang dipanggil dalam ayat ini
Allah sengaja tidak memanggil dengan panggilan “ Hai sekalian manusia…” , atau “Hai sekalian kaum muslimin…” , tapi dengan jelas menggunakan panggilan “ Hai orang-orang yang beriman..” .
Pertimbangan utama dalam penyebutan ini adalah bahwa orang mukmin (beriman) cenderung lebih bisa menerima ayat ini.
Orang mukmin jelas tidak sama dengan orang muslim (mengaku berislam). Dalam hati orang muslim bisa jadi masih keraguan akan keislamannya. Hal ini tidak berlaku orang yang beriman. Para ulama mendifinisikan kata iman sendiri sebagai :
Pembenaran dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dikerjakan dengan anggota tubuh dalam amalan sehari-hari.
Jadi bukan hanya sebatas pada pengertian percaya seperti yang kita terima selama ini. Percaya pada Allah, percaya pada Malaikat, percaya pada kitab suci, dan selanjutnya…
3. Ambil Islam seluruhnya atau tidak sama sekali
Dr. Ahzami Samiun Jazuli, seorang ulama terkemuka dalam Ilmu Tafsir di Indonesia mengemukakan dalam satu ceramahnya, seringkali kita memenggal ayat ini hanya sampai melaksanakan Islam secara kaffah, padahal ada kelanjutan ayatnya yaitu seruan agar kita tidak mengikuti langkah-langkah syaitan.
Dengan mengambilnya secara lengkap maka terkandung maksud bahwa seorang mukmin hanya mempunyai dua pilihan yaitu jika tidak melaksanakan Islam secara kaffah maka otomatis dia tergolong orang-orang yang mengikuti langkah-langkah syaitan. Atau bisa dengan ungkapan lain “Ambil Islam secara keseluruhan atau tidak sama sekali” dengan segala kompensasi dan konsekuensi yang akan di dapat.
Saudaraku,
Kita hidup di bumi Allah, lalu jika kita masih mengikuti aturan selain aturan dari tuan rumah bukankah berarti kita adalah seorang tamu yang tidak tahu diri ??
4. Jadikan syaitan sebagai musuh abadi
Setan adalah musuh, dan selamanya akan menjadi musuh. Permintaan setan sebelum dia dimasukkan ke neraka, adalah satu komitmen untuk menyesatkan seluruh umat manusia.
Dari sini, masihkan dia bisa dianggap sebagai teman ??
Anehnya masih banyak orang yang justru bangga saat dia telah melakukan kemaksiatan, Banyak yang bangga saat berhasil naik kereta tanpa tiket,Banyak yang bangga saat bisa mendapat keuntungan yang sebenarnya bukan haknya,Banyak yang bangga saat bisa berbohong pada yang lain.
Padahal kalau mau jujur, mereka pasti mengakui bahwa itu perbuatan yang tidak benar.
Anehnya lagi, jika ada orang yang sebelumnya selalu melakukan keburukan kemudian tiba-tiba berubah dengan melakukan kebaikan, muncullah komentar “Ah, sok alim lu..!!”
Mungkin hanya satu jawaban yang tepat untuk men-couternya , yaitu “Ah, sok kafir lu..!!”
wallohu a'lam
Selengkapnya...
Sabtu, 20 November 2010
Cinta Seorang Suami
Dilihat dari usia beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam. Masa Pak Suyatno, 58 tahun ke sehariannya diisi dengan merawat isterinya yang sakit. isterinya juga sudah tua. Mereka berkahwin sudah lebih 32 tahun
Mereka dikurniakan 4 orang anak ....disinilah awal cubaan menerpa, setelah isterinya melahirkan anak ke empat .....
tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak boleh digerakkan. Hal itu terjadi selama dua tahun.
Menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak mampu digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapkan, dan mengangkat isterinya ke atas tempat tidur.
Sebelum berangkat ke tempat kerja dia meletakkan isterinya di hadapan TV supaya isterinya tidak berasa kesunyian.
Walau isterinya tidak dapat bercakap, tapi dia selalu melihat isterinya tersenyum, dan pak suyatno masih berasa beruntung kerana tempat kerjanya tidak begitu jauh dari rumahnya,
sehingga siang hari dia boleh pulang ke rumah untuk menyuapi isterinya makan. Petangnya dia pulang memandikan isterinya, mengganti pakaian, dan selepas maghrib dia temankan isterinya menonton tv sambil bercerita apa sahaja yang dia alami seharian.
Walaupun isterinya hanya mampu memandang (tidak mampu memberikan respons ), pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda dan bergurau dengan isterinya setiap kali menjelang tidur.
Rutin ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar dia merawat isterinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yang masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul di rumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Kerana setelah menikah mereka tinggal dengan keluarga masing-masing.
Dan pak suyatno tetap merawat ibu kepada anak-anaknya, dan yang dia inginkan hanya satu: semua anaknya berjaya.
Dengan kalimat yang cukup hati2 anak yang sulung berkata : "Pak kami ingin sekali merawat ibu ... Semenjak kami kecil kami melihat bapak merawat ibu dan tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak izinkan kami menjaga ibu."
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya .....
"Sudah yang kali keempat kami mengizinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengizinkannya. Bila bapak akan menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini ...
kami sudah tidak sampai hati melihat bapak begini... kami berjanji akan merawat ibu dengan sebaik-baiknya secara bergantian," ujar anaknya yang sulung merayu.
Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga oleh anak-anaknya.
"Anak-anakku. .... jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu.... mungkin bapak akan berkahwin lagi.... tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku... . itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian..."
Sejenak kerongkongannya tersekat..." Kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta
yang tidak dapat dinilai dengan apapun.Cuba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini ?
Kalian menginginkan bapak bahagia .... Apakah batin bapak dapat bahagia meninggalkan ibumu dalam keadaannya seperti sekarang ?
Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Allah kesihatan yang baik dirawat oleh orang lain .......bagaimana dengan ibumu yg masih sakit ?
Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak Suyatno...Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata ibunya... Dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu...
Sampailah akhirnya pak Suyatno diundang oleh salah satu stesen TV swasta untuk menjadi panel jemputan acara Bimbingan Rohani Selepas subuh dan juru acara pun mengajukan pertanyaan kepada pak suyatno...
Kenapa bapak mampu bertahan selama 25 tahun merawat Isteri yang sudah tidak mampu berbuat apa-apa?
Ketika itu pak Suyatno pun menangis.... tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum ibu pun tidak mampu menahan haru...
Disitulah pak suyatno bercerita... Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai kerana Allah maka semuanya akan luntur...
Saya memilih isteri saya menjadi pendamping hidup saya ....Sewaktu dia sihat diapun dengan sabar merawat saya... Mencintai saya dengan sepenuh hati zahir dan batinnya bukan dengan mata kepala semata-mata. .. dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu dan baik-baik...
Sekarang dia sakit berkorban untuk saya kerana Allah... Dan itu merupakan ujian bagi saya.
Sihat pun belum tentu saya mencari penggantinya. .. apalagi dia sakit ... Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya mengadu kepada Allah di atas sajadah supaya meringankan penderitaan isteri saya.
Dan saya yakin hanya kepada Allah tempatsaya mengadukan rahsia dan segala kesukaran saya...kerana DIA maha Mendengar...
Selengkapnya...
Kenapa Wanita Menangis Tanpa Alasan
Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?"
"Karena aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya.
"Aku tidak mengerti", kata anak itu.
Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti".
"Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya,"Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"
"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.
Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis. Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"
Tuhan berkata:
"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan "
"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak- anaknya "
"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "
"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya "
"Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "
"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu"
"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan."
------------------------------------
"Kau tahu: Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya."
"Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada."
Subhanallah...sungguh sempurna ciptaanMU Ya Rabbku...
bacalah betapa istimewanya IA menciptakanmu, dan mengapa dirimu tak menjaga keistimewaanmu itu dengan aturan yang dibuatNYA dalam Al-Qur'an
Selengkapnya...
Karena Bintang Pun Bercahaya
Sesekali pandanglah langit di malam hari. Kalau tidak mendung, kita bisa melihat betapa indahnya kelap-kelip bintang menghiasi langit. Ada yang terlihat terang ada yang terlihat meredup. Ada yang terlihat berwarna jingga, ada yang terlihat berwarna biru, ada yang terlihat putih. Semuanya membuat indah walaupun kita sedang di dalam suasana kegelapan malam.
Tahukah Sahabat bahwa sebetulnya cahaya bintang-bintang yang kita lihat saat ini bukan merupakan cahaya yang sebenarnya pada saat ini dipancarkan dari bintang-bintang itu. Bintang-bintang itu sama seperti matahari kita, juga memancarkan cahaya ke bumi. Cahaya itu sampai ke penglihatan kita setelah menempuh waktu yang amat sangat lama. Cahaya itu menempuh jarak dalam satuan tahun cahaya (light year). Kalau biasanya kita menghitung jarak dengan meter, inci, dan lainnya, astronom menggunakan satuan tahun cahaya untuk menghitung jarak yang sangat jauh. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam satu tahun.
Sedikit angka-angka, kecepatan cahaya dalam ruang hampa adalah sekitar 300,000 kilometer per detik. Sehingga dalam satu tahun cahaya berarti mempunyai jarak 9,460,800,000,000 kilometer, hmmm... sungguh jarak yang luar biasa jauh. Ibaratkan seseorang yang menempuh perjalan sejauh itu, tentu akan memakan waktu yang sangat lama. Demikian pula dengan cahaya dari bintang yang jaraknya bisa sampai ratusan tahun cahaya. Misalnya bintang Alkaid mempunyai jarak sekitar 101 tahun cahaya dari bumi. Berarti cahaya yang kita lihat dari bintang Alkaid sekarang merupakan pancaran cahaya dari 101 tahun yang lalu. Jadi kita melihat cahaya dari masa lampau. Subhanallah.
Selain itu, sebagaimana matahari yang suatu saat nanti tidak lagi beraktivitas, semua bintang mempunyai umur hidup yang menentukan pancaran cahaya yang diberikannya. Beberapa bintang sebetulnya bintang itu sudah tidak ada... sudah mati... sudah tidak beraktivitas lagi, tetapi saat ini kita masih bisa melihat pancaran cahayanya. Subhanallah.
Kita diberi Allah suatu keajaiban. Di satu sisi, kita diberi alam semesta yang amat sangat luas, sehingga perlu memakan waktu yang sangat lama untuk mengeksplorasinya. Di sisi lain, kita diberi kemampuan untuk melihat masa lampau dari alam semesta ini, melalui cahaya bintang tadi. Melalui cahaya bintang itu, kita bisa mengukur seberapa jauh bumi kita ini dengan bintang lain. Melalui cahaya bintang itu, kita bisa menggunakannya untuk menghitung berapa lama lagi matahari akan meredup dan menjadi mati.
Sama halnya dengan bintang, manusia pun diberi waktu hidup. Nabi Muhammad pernah berkata, bahwa kita ini mempunyai umur sekitar 60-70 tahun. Dalam kurun waktu itu, kalau boleh diandaikan dengan bintang, merupakan waktu dimana kita memancarkan cahaya. Waktu dimana kita bisa memberikan yang terbaik untuk kemaslahatan umat dan mencari ridho Allah. Setelah kita wafat nanti, seperti bintang di langit, kita akan meredup dan tidak beraktivitas lagi.
Seperti bintang, 'cahaya' dari diri ini masih bisa terus hidup. Cahaya dalam diri ini masih bisa hidup jika amalan yang kita kerjakan bermanfaat bagi umat. Amalan yang baik dan digunakan terus menerus oleh umat akan selalu membuat diri kita yang sudah wafat tadi masih terus dikenang. Lihatlah nama-nama Newton, Einstein, Galileo dan tidak ketinggalan ilmuwan dan tokoh muslim seperti Imam Bukhari, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan masih banyak lagi yang lain. Mereka tetap dikenang, karena 'cahaya' dari mereka yaitu amal perbuatan mereka berguna bagi umat ini.
Apa saja yang sudah kita lakukan? Cukupkah dalam umur begitu pendek, kita mengisinya dengan amalan yang baik? Cukupkah amal yang kita kerjakan membuat 'cahaya' yang kita berikan bertahan? Tinggal bagaimana kita menggunakan waktu kita untuk berbuat baik, sehingga 'cahaya' dari diri kita ini dapat terus menerus menerangi kehidupan orang lain sampai saat ini, walaupun kita sudah wafat.
"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah." (Qur'an Al Mulk:1-4) Wallahu'alam bi shshawab
Jadilah seperti bintang, yang mempunyai karakter teguh pendirian, bisa menerangi diri sendiri dan orang sekitarnya, ketika mereka menjadi satu, maka mereka menjadi bisa menjadi pelopor dan penunjuk jalan kebenaran, tidak mudah terpengaruh oleh tipu muslihat musush2nya, bahkan menjadi penerang di dalam lingkungan yg jahil. "Nakhtalitu walaakin natamayyazu..."
"Dan dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan didarat dan dilaut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui" (QS Al-An'am : 97)
Selengkapnya...
Do'a Didekatkan Pasangan Hidup
Bagaimana seorang muslim seharusnya bersikap dan berdoa apa yang layak dipanjatkan agar mendapatkan (jodoh) pasangan yang baik?
Jika kita belum berjodoh, anggaplah hal itu tidak ada hubungannya dengan dosa-dosa kita. Hanya belum ada jodoh yang pas dan waktu yang tepat saja, agar kelak kita tidak mengulangi penderitaan baru kita. Meski demikian, kita dituntut untuk selalu berikhtiar..
Jika di hati sudah ada yang cocok, selayaknya di-istikharah-i, jika baik bagi dunia dan akhirat kita, insyaallah dia (calon jodoh) akan didekatkan pada kita dengan jalan yang tidak terduga.
Lakukan shalat istikharah, dan bersegeralah untuk kembali taat terhadap semua perintah Allah SWT. Sebelum keburu jatuh cinta (buta) kepadanya, karena akibatnya dapat menguasai diri kita hingga lupa daratan..
Selanjutnya, niatkan dalam hati dengan sesungguhnya, bahwa Allah SWT yang Maha Berkehendak, Maha Berencana dalam urusan jodoh..
Biasakanlah berwudhu, dan selalu dalam keadaan suci pada setiap aktifitas kita, perbnyak dzikir, Allahu Allahu Allahu.. minimal 100x setiap usai shalat, dan selalu beristighfar..
Dan..
Setiap selesai shalat,, jangan lupa membaca do'a :
"Allahumma Nawwir Qulubana Bi-Nuri Hidayatika Kama Nawwartal Ardla Bi-Nuri Syamsika Abadan, Abadan, Abadan, Birohmatika Ya Arhamar Rahimina"
[Ya Allah, Pancarkanlah Cahaya Kepada Hati Kami, Dengan Cahaya Hidayahmu Sebagaimana Engkau Cahayai Bumi Dengan Mataharimu Selamanya,. Selamanya,. Selamanya,, Berkat Kasih Sayangmu Wahai
Dzat Yang Sebaik-Baik Melimpahkan Cinta Kasih Sayang..
Selengkapnya...
MENSYUKURI YANG SEDIKIT
Orang yang tidak pernah memuji Allah atas nikmat air dingin yang bersih dan segar, ia akan lupa kepada-Nya jika mendapatkan istana yang indah, kendaraan yang mewah, dan kebun-kebun yang penuh buah-buahan yang ranum.
Orang yang tidak pernah bersyukur atas sepotong roti yang hangat, tidak akan pernah bisa mensyukuri hidangan yang lezat dan menu yang nikmat.
Orang yang TIDAK PERNAH BERSYUKUR dan bahkan KUFUR, TIDAK AKAN PERNAH BISA MEMBEDAKAN antara YANG SEDIKIT dan YANG BANYAK.
Tapi ironisnya, tak jarang orang-orang seperti itu yang pernah berjanji kepada Allah bahwa ketika nanti Allah menurunkan nikmat kepadanya dan menyirami mereka dengan nikmat-nikmat-Nya maka mereka akan bersyukur, memberi dan bersedekah.
Dan, di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan BERSEDEKAH dan pastilah kami termasuk orang-orang yang SALEH. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka KIKIR dengan karunia itu, dan BERPALING, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS At-Taubah: 75-76)
Setiap hari kita banyak melihat manusia model ini. Hatinya hampa, pikirannya kotor, perasaannya kosong, tuduhannya kepada Rabbnya selalu yang tidak senonoh, yang tidak pernah memberi karunia yang besarlah, tidak pernah memberinya rizkilah, dan yang lainnya.
Dia mengucapkan itu ketika badannya sangat sehat dan serba kecukupan. Dalam kemudahan yang baru seperti itu saja, dia sudah tidak bersyukur. Lalu bagaimana jika harta yang melimpah, rumah yang indah, dan istana yang megah telah menyita waktunya? Yang pasti dia akan lebih kurang ajar dan akan lebih banyak durhaka kepada Rabbnya.
Orang yang bertelanjang kaki, karena tidak punya alas kaki mengatakan, “Saya akan bersyukur jika Rabbku memberiku sepatu.” Tapi orang yang telah memiliki sepatu akan menangguhkan syukurnya sampai dia mendapatkan mobil mewah.
Kurang ajar sekali.
Kita MENGAMBILl KENIKMATAN itu dengan KONTAN, namun MENSYUKURINYA dengan MENCICIL dan BERSYARAT. Kita tak pernah bosan mengajukan keinginan-keinginan kita, tapi perintah-perintah Allah yang ada di sekeliling kita lamban sekali dilaksanakan. (Aidh Al-Qarni)
Wallahu'alam Bis Showab
Selengkapnya...