(Diambil dari buku “Mencari Mutiara di Dasar Hati, Muhammad Nursani)
Ternyata kita masih disini. Di dunia ini. Hidup dan belum mati. Mungkin ada duka di antara kita. Yang sakit, yang dicoba, atau yang diuji dengan bencana. Tapi sesungguhnya, keseluruhan hidup kita adalah karunia. Di tubuh kita ada banyak yanda cinta-Nya. Mata, telinga, mulut, tangan, dan banyak lagi lainnya. Di sekeliling kita ada banyak perlambang kasih sayang-Nya. Ada anak-anak kita yang lucu. Bertingkah manis. Kadang menggemaskan, kadang menyita banyak perhatian dan kelelahan kita. Ada udara yang kita hirup cuma-cuma. Meski tak semuanya segar. Ada matahari yang bersinar terang. Ada hujan yang setia membasahi tanah-tanah kering dan bebatuan.
Alangkah luas kasih sayang Allah. Allah swt mengingatkan kita, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An Nahl:18)
Saudaraku,
Tetapi lebih dari itu. Ada cinta dan kasih sayang yang sangat diperlukan manusia, yaitu ampunan Allah atas hamba-hamba-Nya. Perhatikanlah dalam-dalam, bagaimana Rasulullah menggambarkan besarnya cinta dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang bahkan telah melakukan kesalahan. Asalkan mereka mau bertaubat.
“Sungguh Allah lebih berbahagia dengan taubat hamba-Nya ketimbang seorang yang kehilangan hewan kendaraannya di daerah tak bertuan. Hewan beserta makanan, minuman dan segala perbekalannya hilang. Orang itu putus asa untuk menemukan hewan kendaraannya. Ia datang ke sebuah pohon dan tertidur di bawah naungannya. Tapi tiba-tiba ketika bangun, hewan yang hilang itu berada di sisinya. Ia pun memegang tali kekangnya. Saking gembiranya ia salah ucap dan mengatakan, “Ya Allah, engkau hambaku , sedang aku Tuhanmu…” (HR. Muslim)
Apa yang terlintas dalam benak kita, jika orang yang sangat kita cintai dan kita kasihi di tawan oleh musuh? Kita tidak bisa melihat dan mendekatinya, padahal kita tahu kekejaman dan keburukan musuh itu. Mungkin ia akan menyiksa orang yang sangat kita cintai itu. Tapi ternyata kemudian, orang yang kita kasihi itu dapat melepaskan diri dari cengkraman musuh, lalu ia dating kepada kita tanpa diduga. Kita pasti sangat gembira dan bahagia.
Kita tentu tidak sedang menyamakan bahagia manusiawi kita dengan bahagia Allah. Karena jelas itu dilarang. Tetapi yang pasti, orang yang bertaubat kepada Allah dari lumpur kedzaliman, sama seperti orang yang bebas diri dari tawanan syaitan dan hawa nafsu. Ia terbebas lalu kembali ke jalan yang semestinya.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Al Jawabul Kafi menyinggung masalah ini. Ia menjelaskan bahwa syaitan itu musuh. Syaitan telah melakukan kedurhakaan dan bertekad untuk mempengaruhi manusia agar durhaka dan melawan perintah Allah. Allah mengetahui bagaimana keji dan buruknya syetan. Ia akan menyimpangkan manusia ke jalan yang penuh derita dan kepedihan. Karenanya, sebagai bukti cinta-Nya kepada kita, Allah tunjukkan kita bagaimana tabiat syetan itu, lalu Ia beritahukan juga bagaimana cara menghadapai tipu daya syaitan itu. Dan, Allah juga menghamparkan kepada manusia pintu taubat-Nya, bagi yang tergelincir oleh godaan itu.
Saudaraku,
Yakini dan ingat selalu, besarnya kecintaan dan kasih saying Allah swt itu. Allah mencintai orang-orang yang bertaubat. Allah senang bila hamba-hamba-Nya kembali kepada-Nya dan berdiri di ambang pintu-Nya. Allah membentangkan Tanga-Nya pada malam hari utnuk menerima taubat orang yang berbuat keburukan pada siang harinya dan membentangkan Tangan-Nya pada siang hari utnuk menerima taubat orang-orang yang berbuat keburukan pada malam harinya. Lalu, bila malam dan siang terbentang pintu taubat, apalagi yang kita tunggu?????
Dengarkanlah apa yang diuraikan seorang salafushalih di zaman Tabi’in, Fudhail bin Iyadh: “Jika malam sudah berbaur dengan kegelapan dan tabir malam sudah menjulur, maka Allah dzat yang Maha Agung berfirman, “Siapakah yang lebih murah ahti daripada Aku? Meski semua makhluk durhaka kepada-Ku, maka Aku tetap mengawasi mereka. Aku melindungi mereka di tempat tidur, seakan mereka tak pernah durhaka kepada-Ku. Aku menjaga mereka, seolah mereka tak pernah berbuat dosa. Aku limpahkan karunia terhadap orang yang durhaka dan orang yang melakukan keburukan. Siapa yang berseru pada-Ku dan Aku tidak menerimanya? Siapa yang meminta pada-Ku dan Aku tidak memberinya? Siapa yang mengentuk pintu-Ku lalu Aku mengusirnya? Aku adalah karunia dan dari-Ku lah datangnya karunia. Aku adalah kemurahan dan dari-Ku lah datangnya kemurahan itu. Aku lah yang Maha Mulia dan dari-Ku lah datangnya kemuliaan. Di antara kemuliaan-Ku adalah mengampuni orang-orang yang durhaka sekalipun dia melakukan berbagai macam kedurhakan. Di antara kemuliaan-Ku adalah memberi apa yang diminta oleh hamba dan Aku juga memberi hamba yang tidak meminta pada-Ku. Di antara kemuliaan-Ku adalah memberi ampunan pada orang yang bertaubat seolah dia tak pernah durhaka kepada-Ku. Kemanakah makhluk yang lari meninggalkan Aku? Kemanakah orang-orang yang durhaka yang meninggalkan pintu-Ku?” (Hilyatul Aulia, 8/92-93)
Yahya bin Mu’adz berkata, “Maaf Allah itu bisa menenggelamkan dosa-dosa. Bagaimana dengan keridhaan Allah? Keridhaan Allah itu bisa memenuhi semua harapan. Bagaimana dengan cinta-Nya? Cinta Allah itu bisa mengalahkan logika. Bagaimana dengan kasih sayang-Nya? Kasih sayang Allah dapat membuat orang tidak perlu apapun. Maka barang siapa yang mencintai selain Allah (lebih dari cintanya kepada Allah, atau cinta yang dilarang Allah), itu kebodohan dan kependekan pengetahuannya tenatang Allah.”
Saudaraku,
Kita semua pasti senag disayang dan dicintai Allah. Itu bukan pilihan sukarela, mau atau tidak mau. Tetapi kita memang perlu kasih sayang itu. Maka, jangan halangi turunnya cinta dan kasih saying-Nya. Kita sudah terlalu banyak melakukan kesalahan. Segeralah kembali kepada Allah swt. Ucapkanlah istighfar, mohonlah maaf dan ampunan. Mintalah juga orang lain untuk memdoakan kita, agar Allah mnegampuni dosa kita. Mintalah kepada mereka, terutama orang-orang yang kita anggap dosa dan kesalahannya labih ringan daripada kita. Umar bin Khattab, Amirul Mukminin yang terkenal kekuatan dan ketegasannya dalam menjauhi larangan Allah, pernah meminta kepada anak-anak agar memohonkan ampunan baginya. “Kalian belum mengenal dosa,” kata Umar.
Saudaraku,
Mari sama-sama saling mendoakan, agar Allah swt mengampuni dosa dan kekhilafan kita… Agar Allah terus mencurahkan kasih dan sayang-Nya. Agar jalan hidup kita bersinar terang. Selagi kita masih diberi waktu.
Sabtu, 07 Agustus 2010
Jangan Halangi Cinta dan Kasih Sayang-Nya
Label:
Tausyiah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar